Profil Wakil Bupati Kabupaten Bandung

H. Sahrul Gunawan, S.E., M.Ag. (lahir 23 Mei 1976) adalah pemeran, penyanyi, presenter, politikus dan model Indonesia. Sahrul Gunawan lahir sebagai anak kedua dari lima bersaudara pasangan H. Soemantri dan Hj. Hasanah. Syahrul bersama keempat saudaranya, Hadi Suman Jaya, Heri Sunandar, Ade Juanda dan Hamdan Ferdiansyah dibesarkan dalam keluarga yang sederhana dan taat beragama di Ciawi, Bogor. Moehammad Soemantri ayahnya hanya bekerja sebagai karyawan pada Pabrik Ban Goodyear, sementara Hasanah ibunya adalah ibu rumah tangga yang setia mendidik kelima anaknya.


Sahrul masuk sekolah pada usia lima tahun. Waktu itu ia dimasukkan orang tuanya ke TK Sembojasari, Ciawi, Bogor. Setelah itu Sahrul melanjutkan sekolahnya ke SDN 05 Sindang Barang, Bogor. Semasa TK dan SD, bakat Sahrul sebagai penyanyi dan pemain sinetron belum terlihat. Prestasinya di sekolah pun biasa-biasa saja. Tetapi ketika duduk di bangku SMP Bhakti Insani Bogor, Sahrul mulai menunjukkan bakatnya. Ia terlihat lebih senang tampil di depan umum.

Kesukaannya tampil di depan orang dimulainya ketika ia bisa menirukan gaya penyanyi atau pembawa acara televisi di depan kaca. "Pokoknya, kalau ada acara, baik di sekolah maupun di rumah, saya pasti ikut mengisi acara. Yang jelas, saya senang mencuri perhatian orang. Karena ada kebanggaan dan kepuasan tersendiri kalau sudah bisa mengaktualisasikan diri dan menunjukkan pada orang lain kalau saya mampu tampil di depan banyak orang, "ujar Sahrul penuh percaya diri. Awalnya, ia hanya tampil sebagai pembaca Pembukaan UUD 45 saat apel bendera di sekolah. Namun, Ia kemudian didaulat untuk menyanyi pada acara peringatan HUT Proklamasi RI. Berkat seringnya tampil di depan umum, Sahrul mulai berani mengikuti berbagai ajang dan kontes menyanyi di Bogor.

Sekitar tahun 1993, Sahrul mewakili Bogor mengikuti kontes model Top Guest yang diselenggarakan Majalah Aneka Yess!. Bermodalkan uang saku pas-pasan, Syahrul berangkat ke kantor majalah tesebut di kawasan Raden Saleh, Cikini, Jakarta Pusat. Setelah turun di Stasiun Cikini, Sahrul naik bajaj menuju Raden Saleh. Entah mengapa, perasaan tidak PD begitu ia melihat para pesaingnya yang jauh lebih hebat dan tampan. Apalagi bila mengingat tinggi badannya hanya pas-pasan. "Yang bikin saya pesimis adalah tinggi badan saya yang kurang. Sementara para pesaing saya rata-rata tinggi, berkulit putih, cakep dan wangi lagi. Mereka umumnya membawa mobil. Sepertinya mereka anak orang kaya. Sementara saya harus dandan lagi, karena sudah lecek karena kelamaan di kereta," kisah Sahrul. Namun, perasaan tidak PeDe itu berubah drastis ketika ia berada di atas panggung. Tiba-tiba rasa percaya dirinya muncul. Hal itu pula yang membawanya menjadi juara ketiga pemilihan model Top Guest Aneka. Namun, lantaran merasa tidak berbakat dan kurang percaya diri dalam bidang modelling, Sahrul menghentikan kariernya di jalur modelling dan kembali ke dunia tarik suara.

Sejak SMP hingga SMA, Sahrul dikenal sebagai pribadi periang dan pandai bergaul. Ia pun aktif dan menduduki struktur OSIS di sekolahnya. Hal yang sama ia lakukan ketika meneruskan sekolah ke SMA Negeri 1 Ciawi, Bogor. Bukan bermaksud menyombongkan diri, waktu itu Sahrul dijadikan pioner di sekolahnya karena bakat menyanyinya dan prestasi yang ia raih sebelumnya. Akibat kesibukannya mengikuti berbagai ajang dan kontes menyanyi, prestasi Sahrul di bidang akademik sedikit terganggu. Terutama menghadapi ujian kelulusan SMA maupun Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Meski ia kemudian lulus SMA dengan nilai pas-pasan, tetapi Sahrul gagal UMPTN. Padahal, sebelum mengikuti UMPTN, Sahrul sudah dibina di Lembaga Pendidikan Ganesha Operation (GO) di Bandung. Hal ini dilakukan karena ia ingin masuk Fakultas Komunikasi Universitas Padjadjaran khususnya bidang studi Humas. Tapi keinginan Sahrul masuk perguruan tinggi negeri tidak tercapai karena kebanyakan waktunya habis untuk menyanyi. Hal ini membuat ayahnya marah dan tidak menyetujui karier yang dipilihnya. Lantaran tidak ada pilihan lain, tahun 1993 Sahrul masuk Universitas Pakuan Bogor, Jurusan Manajemen. "Kamu boleh kuliah di universitas swasta di Bogor, karena ayah tidak sanggup membiayai kamu kalau mau kuliah di universitas swasta di luar Bogor. Apalagi di Jakarta," tutur Syahrul menirukan ucapan M. Soemantri ayahnya kala itu.

Setelah setahun kuliah, Sahrul merasa tidak kerasan. Setahun kemudian Sahrul mengikuti kontes menyanyi Asia Bagus tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya. Kali ini Sahrul mengikuti lomba untuk menunjukkan kalau karier yang selama ini tidak disetujui orangtuanya, sebenarnya bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Bahkan, bisa dijadikan sebagai sumber mata pencaharian. Namun sayang, dalam kompetisi tingkat Asia kali ini, Syahrul hanya sampai grand final. Merasa tidak puas dengan apa yang didapat, usai mengikuti Asia Bagus, Sahrul kembali mencoba kemampuan vokalnya lewat ajang Cipta Pesona Bintang yang diselenggarakan RCTI. Hasilnya, Sahrul hanya bertahan sebulan karena kesulitan mondar-mandir Bogor-Jakarta untuk mengikuti ajang ini. Maklum, acara ini digelar setiap minggu, sementara Sahrul tinggal di Bogor. Hadiah uang dari kontes menyanyi, sebagian digunakan untuk membeli baju untuk modal mengikuti kompetisi berikutnya. Sebagian lagi digunakan untuk membayar uang kuliah. "Tapi sebelum saya belikan baju, terlebih dahulu saya belikan pager. Dulu, kalau punya pager itu gayanya minta ampun," ungkap mantan jawara Pop Singer se Kota Bogor ini.