Warga Cieunteung Menolak Direlokasi ke Manggahang

    Lebih baik Sungai Citarum dinormalisasi sehingga Cieunteung tidak kebanjiran lagi, kata warga RT 4 RW 20 Cieunteung, Ny. Tisna, di lokasi pengungsian Gedung Juang, Senin (26/4). Menurut dia, hanya sekitar 20 persen dari ratusan kepala keluarga (KK) warga Cieunteung yang bersedia direlokasi ke Manggahang. Syaratnya, harus ada fasilitas air bersih dan fasilitas umum seperti pasar dan sekolah. Untuk relokasi itu, ujar Ny. Tisna, pemerintah berjanji menyediakan tanah seluas 7 hektare.

    Hal sama dikatakan Ny. Eti yang rumahnya roboh sejak tahun 2009 lalu. Anak saya, Tuti, tidak mau direlokasi karena sebelum banjir kemarin, rumahnya baru selesai dibangun. Sudah tiga bulan ini saya dan keluarga mengungsi ke Gedung Juang karena rumah anak saya masih tertutup lumpur.

    Warga Kampung Cieunteung juga banyak yang memilih tawaran lain, yaitu bantuan uang kontrak rumah. Namun, Ketua RW 20 Cieunteung, Jaja mengatakan, sampai kini uang kompensasi yang disepakati Pemkab Bandung tersebut masih belum diterima warga. Sebanyak 120 kepala keluarga (KK) tetap tinggal di rumahnya di Cieunteung, sedangkan ratusan warga lainnya tetap berada di lokasi pengungsian, baik di Gedung Juang maupun kantor partai politik.

    Camat Baleendah, Usman Sayogi J.B. mengatakan, ia akan menyampaikan keinginan warganya kepada Pemkab Bandung untuk diteruskan ke pemerintahan provinsi dan pusat. Berdasarkan angket yang sudah terkumpul, sebanyak 90 persen warga memilih opsi pertama atau mengontrak rumah dan hanya 10 persen ingin relokasi.

    Rencananya, aparat Kec. Baleendah dibantu aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) akan melakukan verifikasi terhadap angket-angket yang masuk. Kami menduga ada sebagian angket yang diisi oleh warga dari luar Cieunteung.

    Sementara itu, warga korban banjir yang mengungsi di Gedung Juang mengeluhkan terhentinya pasokan air bersih dari PDAM Tirta Raharja. Entah mengapa pasokan air bersih dari PDAM sudah seminggu ini berhenti total. Akhirnya para pengungsi mengambil air bersih dari Pesantren Al Ihsan, Kantor Kementerian Agama (Kemenag), atau ke kantor kejaksaan, kata warga RT 4 RW 20 Cieunteung, Dani.

    Selain itu, fasilitas pengobatan keliling dari Puskesmas Baleendah juga terhenti. Padahal, warga korban banjir sekarang ini banyak menderita sakit akibat musim pancaroba dan sudah tiga bulan berada di pengungsian. Rata-rata warga menderita sakit batuk, influenza, atau pusing-pusing.

    Meski begitu, pasokan makanan dari dapur umum masih diterima para pengungsi. Bantuan makanan dikirim rutin dua kali sehari, yakni pagi dan sore hari. Kami mohon agar air bersih dikirim lagi karena air di Gedung Juang tidak bisa dipakai untuk minum.

 

 

 

Sumber : Harian Umum Pikiran Rakyat, Selasa 27 April 2010