Tekan Stunting Lewat Mother Programme. Teh Nia : " 7 Pembiasaan PHBS, tingkatkan derajat kesehatan masyarakat"

Dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan anak, Tim Pembina (TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Bandung bersama PT Unilever Indonesia menyelenggarakan kegiatan Training Of Trainers (TOT) Mother Programme di Gedung Dewi Sartika Soreang, Selasa (27/8/2019).

Pada kesempatan tersebut, Ketua TP PKK Kabupaten Bandung Hj. Kurnia Dadang M Naser menjelaskan, implementasi 7 pembiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Bandung.

“7  pembiasaan itu antara lain, CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun), Makanan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman, Minum Air Bebas Kuman, Sikat Gigi Pagi dan Malam, Kamar Mandi Bersih dan Higienis, Kelola Sampah Rumah dan Cegah DBD (Demam Berdarah) Dengan Gerakan 3 M Plus. Jika ini  menjadi kebiasaan, kami yakin indeks kesehatan Kabupaten Bandung dapat meningkat,” jelas Kurnia.

Selain itu, dirinya menilai, dengan mengimplementasikan kebiasaan tersebut, kasus stunting di Kabupaten Bandung pun dapat ditekan. Pasalnya, sebagian besar desa di Provinsi Jawa Barat (Jabar) masih mengalami prevalensi stunting yang tinggi diatas 40%, termasuk Kabupaten Bandung.

“Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak, yakni terhambatnya pertumbuhan tubuh dan otak akibat kekurangan gizi. Hal ini terjadi karena pola asuh dan pola asupan gizi yang kurang baik. Sampai saat ini terdapat beberapa desa di Kabupaten Bandung menjadi prioritas penanganan stunting, mengingat prevalensinya yang cukup tinggi,” ungkap Kurnia yang akrab disapa Teh Nia ini.

Tak hanya itu, Teh Nia juga berpesan kepada seluruh peserta dapat mengikuti TOT Mother Programme dengan sungguh-sungguh. Ia pun berharap agar ilmu yang didapatkan dapat kembali disampaikan kepada masyarakat desa.

“Sebelumnya kami mengucapkan terimakasih kepada TP PKK Pusat dan PT. Unilever yang telah menjadikan Kabupaten Bandung sebagai lokus TOT Mother Programme, dalam upaya pencegahan stunting. Dan kepada 100 kader posyandu yang mengikuti kegiatan hari ini, tolong simak baik-baik apa yang dijelaskan narasumber. Saya berharap, apa yang dipelajari dapat diimplementasikan kemabali di daerah masing-masing,” harapnya.

Sementara Kelompok Kerja (Pokja) 4 TP PKK Pusat dr. Syahril memaparkan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan stuning, khususnya pada 1.000 Hari Pertama Kelahiran (HPK).

“Beberapa penyebab stunting antara lain, kurang baiknya praktek pengasuhan, kurangnya akses ke makanan bergizi, kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi, serta terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (Ante Natal Care), post natal, dan pembelajaran dini yang berkualitas,” papar dr. Syahril.

Stunting sendiri, lanjut Syahril, berdampak pada pertumbuhan tinggi dan berat badan anak. Selain itu, stunting juga dapat menjadikan anak rentan sakit, berisiko mengidap penyakit tidak menular (PTM) dan kurangnya tingkat kecerdasan anak dan prestasi belajar.

Menurutnya, terdapat dua cara dalam mencegah stunting, yakni dengan intervensi gizi spesifik (asupan makanan yang bergizi seimbang, pemberian ASI eksklusif dan pemberian imunisasi) dan gizi sensitif (CTPS, akses air bersih dan sanitasi yang baik, serta pendidikan gizi masyarakat).

“Oleh karena itu, peran Ibu dalam membiasakan PHBS sangatlah penting untuk mencegah anak terkena stunting. Adapun peran ibu dalam menjaga kesehatan keluarga adalah merawat dan menjaga anak agar tidak sakit, menerapkan gaya hidup sehat di rumah, menyajikan makanan dan minuman yang sehat dan aman bagi keluarga serta rutin menjaga kebersihan rumah,” pungkasnya.


Sumber : Humas Pemkab Bandung