Tekan PTM Dengan Posbindu
Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi perhatian khusus Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung sejak 2015 silam. PTM dianggap penting karena beban besar yang ditimbulkannya. Diantaranya, jika prevalensi PTM meningkat, bisa menjadi ancaman serius dalam pembangunan yang berdampak menghambat pertumbuhan perekonomian nasional.
Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, S.H, S.Ip, M.Ip menilai masih banyak warga yang belum tahu PTM, dan tanpa sadar apakah dirinya menderita PTM seperti hipertensi, diabetes, stroke, jantung dan ginjal. Menyikapi fenomena tersebut, melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung, pihaknya meluncurkan gerakan Cerdik Patuh Sabilulungan yang diawali dengan pemberdayaan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM. Tujuan posbindu PTM itu sendiri kata bupati adalah untuk memandirikan masyarakat akan pentingnya kesehatan.
Bupati Dadang Naser berpendapat penyebab merebaknya penyakit tidak menular, salah satunya adalah pola hidup tidak sehat seperti hobi merokok, mengkonsumsi makanan cepat saji, dan jarang berolah raga. "Kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan juga menjadi faktor meningkatnya penyakit tidak menular,” imbuh Bupati di Soreang, Selasa (17/02/2019).
Untuk menekan meningkatnya PTM di Kabupaten Bandung, kata bupati pihaknya mengacu pada gerakan nasional yang telah dikeluarkan Kementerian Kesehatan, yakni Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Germas ini, merupakan suatu kegiatan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat dengan kesadaran untuk berperilaku sehat.
Dadang berharap melalui Posbindu PTM, dapat segera dilakukan pencegahan faktor risiko sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan. Program tersebut, lanjut Dadang tetap harus terdukung juga dari unsur terdasar yakni keluarga. "PTM bisa dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian, mulai dari proses pembelajaran hingga menuju kemandirian", ucapnya pula.
Sementara itu, Kepala Dinkes (Kadinkes) Kabupaten Bandung drg. Grace Mediana Purnami, M.Kes, secara teknis menjelaskan bahwa Posbindu PTM ini bukan tugas tenaga kesehatan saja, namun masyarakatpun dituntut untuk terlibat.
"Fungsi dari petugas kesehatan disini adalah untuk memicu agar masyarakat bisa melakukan pemeriksaan secara mandiri. Makanya didalam Posbindu PTM kita memberikan pembelajaran kepada kader bagaimana cara menggunakan tensimeter dan timbangan digital,” jelas Grace Mediana.
Guna memastikan bahwa seseorang itu menderita PTM atau tidaknya, Grace mengimbau masyarakat usia produktif yakni 15 tahun keatas untuk melakukan proses screening PTM satu tahun sekali.
“Masyarakat yang masuk usia produktif dapat mengunjungi langsung Posbindu PTM. Jika Program PIS PK (Program Indonesia Sehat – dengan Pendekatan Keluarga) di desanya sudah berjalan, maka Posbindu PTM akan mendatangi masyarakat ke rumah,” terang Grace
Aktifitas posbindu PTM sendiri, lanjutnya, meliputi identifikasi Faktor Risiko (FR) PTM, edukasi konseling FR-PTM, pencatatan dan pemantauan termasuk rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan menggunakan sistem lima meja.
“Meja pertama untuk pelayanan registrasi dan administrasi, meja kedua untuk wawancara, meja ketiga untuk pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkar perut dan analisa lemak tubuh), meja keempat untuk pengukuran faktor risiko PTM biologis (pengukuran tekanan darah, gula darah, kolesterol, arus puncak ekspirasi, dan lainnya), dan meja kelima untuk edukasi dan konseling,” tutur Grace.
Kadinkes juga menjelaskan, tahun ini pihaknya akan menambah 150 posbindu KIT dari Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) serta mengalokasikan dana Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) untuk memberikan pelatihan kader Posbindu PTM disetiap puskesmas di Kabupaten Bandung.
“Kita akan mengambil satu kader disetiap puskesmas untuk mengikuti pelatihan posbindu PTM. Dengan harapan, kader tersebut akan menjadi stimulan bagi kader didaerahnya untuk belajar lebih dalam mengenai PTM. Seperti pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkar perut, analisa lemak tubuh). Akan tetapi untuk pengambilan darah, gula darah, kolesterol dan IVA Test akan dilakukan oleh tenaga medis,” tuturnya.
Selain itu, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi secara masif, agar masyarakat mengetahui jenis, bahaya serta langkah mencegah PTM, salah satunya dalam kegiatan Gebyar Cerdik Patuh Sabilulungan yang dihadiri 3.500 kader pada 27 November 2018 lalu.
“CERDIK (Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres) merupakan kegiatan preventif promotif untuk PTM,” ungkapnya.
Sedangkan bagi penderita PTM, dia meminta agar tetap mengontrol kesehatan dengan gerakan PATUH yakni, Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet sehat dengan gizi seimbang, Upayakan beraktivitas fisik yang aman, serta Hindari rokok, alkohol dan zat karisogenik lainnya.
Ia juga meminta seluruh stake holder untuk mendukung terlaksananya posbindu PTM demi tercapainya Kabupaten Bandung sehat mandiri. “Karena proses screening gratis, jadi mari datang dan lakukan screening usia produktif di posbindu PTM,” pungkasnya pula.
Sumber : Humas Pemkab Bandung