Rp 1 Miliar untuk Relokasi SD

    Demikian dikatakan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Prof. Dr. Wahyudin di sela-sela kunjungan kerja meninjau kondisi SDN Ciaro I dan IV di Kec. Nagreg, Kab. Bandung, Rabu (1/9). Wahyudin menambahkan, bantuan dari Pemkab Bandung pun telah disiapkan, yakni untuk pembebasan lahan Rp 500 juta, dengan perincian satu sekolah mendapat Rp 250 juta untuk lahan seluas 2.500 meter persegi. Dia berharap pemilik lahan tidak mempersulit rencana relokasi tersebut, mengingat keberlangsungan pendidikan bagi anak-anak merupakan tanggung jawab bersama. Saya rasa dana untuk pembebasan lahan tersebut cukup pantas.

    Wahyudin mengimbau, baik kepada Dinas Pendidikan Kab. Bandung maupun unsur pemerintahan setempat, agar membantu menentukan lahan yang tepat untuk lokasi baru SDN Ciaro. Melihat kondisi badan jalan dan bangunan sekolah, saya rasa relokasi merupakan solusi yang tepat. Relokasi tersebut untuk menciptakan suasana yang nyaman, aman, dan tenteram bagi siswa dan guru dalam melangsungkan pembelajaran di sekolah.

    Diakui Kepala Sekolah SDN Ciaro 1, Toni Munjin saat dikonfirmasi mengatakan, keinginan untuk relokasi sudah direncanakan Disdik Kab. Bandung ataupun unsur pemerintahan setempat. Rencananya, SDN Ciaro 1 akan direlokasi ke Kampung Ciburial yang berjarak sekitar 250 meter dari lokasi gedung SD sekarang, sedangkan SDN Ciaro 4 ke Kampung Cikaledong yang berjarak sekitar 500 meter.

     Berdasarkan informasi yang diperoleh Toni, saat ini Disdik Kab. Bandung sedang melaksanakan negosiasi dengan pemilik lahan untuk proses pembebasan lahan. Dia berharap rencana relokasi gedung sekolah akan segera terwujud. Apabila kami tetap melaksanakan pembelajaran di lokasi sekarang, kami khawatir terhadap keselamatan anak-anak yang setiap hari harus menyeberang jalan raya untuk sampai ke sekolah.

    Selain mengkhawatirkan keselamatan anak didiknya, dia juga mengkhawatirkan konsentrasi belajar anak-anak akan terganggu, termasuk perkembangan psikologis para murid karena kebisingan yang ditimbulkan suara kendaraan yang melintas tepat di samping sekolah. Oleh sebab itu, berbagai upaya telah dilakukan Toni untuk segera dapat mewujudkan gedung sekolah yang baru di tempat lain.

    Hal senada diungkapkan orang tua murid, Imas Masitoh (34). Setiap hari, dia harus mengantar anaknya berangkat sekolah karena harus menyeberang apabila hendak ke sekolah. Dia mengharapkan, rencana pemerintah untuk segera merelokasi sekolah dapat diwujudkan, dengan melihat beberapa faktor, salah satunya kenyamanan dalam belajar. Dengan dibukanya jalan menuju Lingkar Nagreg, kegiatan belajar anak-anak jadi terganggu karena suara bising kendaraan.

 

 

 

Sumber : Harian Umum Pikiran Rakyat,Kamis 2 September 2010