Aspek Geografi
1. | Letak, Luas dan Batas Wilayah | ||
Letak Kabupaten Bandung secara administratif di dalam Provinsi Jawa Barat terletak diantara Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut. Peta orientasi wilayah Kabupaten Bandung secara lebih rinci ditunjukkan pada Gambar 2.1. Wilayah Kabupaten Bandung memiliki luas wilayah sebesar 176.238,67 Ha, yang terdiri dari 31 kecamatan, 270 desa, dan 10 kelurahan. Batas wilayah administrasi Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut:
Peta batas administrasi Kabupaten Bandung secara lebih rinci ditunjukkan pada Gambar 2.2. |
|||
2. |
Topografi |
||
Kabupaten Bandung secara geografis terletak pada koordinat 107o14’-107o56’ Bujur Timur dan 6o49’-7o18’ Lintang Selatan. Kabupaten Bandung termasuk wilayah dataran tinggi dengan kemiringan lereng antara 0-8%, 8-15% hingga di atas 45%. Sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung berada diantara bukit-bukit dan gunung-gunung, seperti:
|
|||
3. |
Hidrologi |
||
Kabupaten Bandung memiliki potensi hidrologi berupa sumber daya air yang cukup melimpah, baik air bawah tanah maupun air permukaan. Air permukaan terdiri dari 4 danau alam, 3 danau buatan serta 172 buah sungai dan anak-anak sungai. Pemanfaatan sumber air permukaan pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan pertanian, industri, dan sosial lainnya. Pemanfaatan air tanah dalam (kedalaman 60-200 m) dipergunakan untuk keperluan industri, non industri, dan sebagian kecil untuk rumah tangga. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan air tanah bebas (sumur gali) dan air tanah dangkal (kedalaman 24 sampai 60 meter) untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga serta sebagian kecil menggunakan fasilitas dari PDAM terutama di wilayah perkotaan. |
|||
4. |
Klimatologi |
||
Kabupaten Bandung memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata |
|||
5. |
Penggunaan Lahan |
||
Penggunaan lahan eksisting di Kabupaten Bandung terdiri atas kawasan lindung, kawasan budidaya pertanian, non pertanian, dan kawasan lainnya. Penggunaan lahan di kawasan lindung meliputi belukar, danau/waduk, hutan, rawa, semak, dan sungai. Sedangkan kawasan budidaya pertanian meliputi kebun campur, perkebunan, sawah, ladang, dan tegal. Besaran penggunaan lahan setiap lahan disajikan dalam tabel berikut ini. |
|||
Lahan di Kabupaten Bandung digunakan sebagian besar sebagai kawasan budidaya pertanian, yaitu seluas 53,22% dari luas keseluruhan 176.238,67 Ha. Penggunaan lahan lainnya, yaitu kawasan lindung sebesar 33,83%, kawasan budidaya non pertanian 12,44%, dan kawasan lainnya 0,51%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung masih berupa kawasan ruang terbuka, dimana mampu menyerap air larian hujan yang mencapai 2.000-3.500 mm per tahun. Berdasarkan luas lahan terbuka yang ada di Kabupaten Bandung baik yang berupa kawasan lindung maupun kawasan budidaya, tanah di Kabupaten Bandung memiliki kemampuan untuk menyerap air sebanyak 0,793-2,115 miliar meter kubik per tahun. Potensi kawasan resapan air ini jika dikelola dengan baik dapat dioptimalkan sebagai salah satu cara untuk mengendalikan banjir pada saat puncak musim hujan tiba. Kawasan resapan air di Kabupaten Bandung dibagi menjadi 5 kategori, yaitu daerah resapan utama, daerah resapan tambahan, daerah resapan tak berarti, daerah pelepasan air tanah, dan daerah kedap air. Daerah resapan utama di Kabupaten Bandung terletak lebih banyak di bagian selatan, diantaranya di Kecamatan Rancabali, Kecamatan Pasirjambu, dan Kecamatan Ciwidey. |
|||
6. |
Potensi Pengembangan Wilayah |
||
Berdasarkan data guna lahan yang telah dijelaskansebelumnya, kawasan budidaya pertanian mendominasi lahan di Kabupaten Bandung dengan persentase luas diatas 50%. Lahan budidaya pertanian yang luas ini menjadi potensi yang luar biasa bagi Kabupaten Bandung dalam hal pengelolaan pertanian.Selain dipengaruhi oleh penggunaan lahan, potensi pertanian juga dipengaruhi oleh topografi dari wilayah itu sendiri. Kabupaten Bandung memiliki topografi yang bervariasi yang menyebabkan komoditas unggulan pertanian dari masingmasing wilayah juga bervariasi dan memiliki kekhasannya sendiri. Komoditas unggulan pertanian yang dimiliki Kabupaten Bandung tidak hanya diunggulkan di tingkat kabupaten, tetapi juga menembus tingkat provinsi dan nasional. Komoditas tersebut dapat dikategorikan sebagai komoditas khas Kabupaten Bandung, dimana kekhasan tersebut dapat dilihat dari perbedaan karakteristik komoditas yang dimiliki Kabupaten Bandung dengan daerah lainnya. Perbedaan karakteristik komoditas ini diantaranya berdasarkan jenis komoditas, besaran produksi serta cita rasa yang dimilikinya. Komoditas pertanian khas Kabupaten Bandung yang menjadi unggulan diantaranya yaitu strawberry, kopi serta sapi perah dan produk turunannya. Selain pertanian, sektor industri pengolahan pun memiliki kontribusi yang berarti bagi perekonomian di Kabupaten Bandung. Aktivitas industri pengolahan ini dilakukan di lahan kawasan budidaya non pertanian khususnya lahan industri. Pada tahun 2011 tercatat lahan kegiatan industri di Kabupaten Bandung mencapai luas 1.408,88 Ha dengan jumlah unit industri sebanyak 711. Industri tersebut meliputi industri besar, menengah, dan kecil yang didominasi industri tekstil dan produk turunannya. |
|||
a. |
Kawasan Agropolitan Ciwidey |
||
Kawasan Agropolitan Ciwidey meliputi 3 Kecamatan yaitu, Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali. Secara umum kawasan Pacira memiliki banyak potensi pertanian dan peternakan. Untuk potensi pertanian terdapat tanaman pangan dan hortikultura, sedangkan potensi peternakan terdapat sapi perah. Jenis komoditi unggulan yang paling banyak di wilayah Pacira untuk tingkat desa yaitusapi perah tersebar di 19 desa, padi sawah tersebar di 18 desa, buncis, tomat dan cabe tersebar di 11 desa, alpukat dan pisang tersebar di 11 desa, teh rakyat tersebar di 9 desa, kopi tersebar di 7 desa, dan strawberry tersebar di 6 desa. |
|||
b. |
Kawasan Agropolitan Pangalengan |
||
Berdasarkan masterplan agropolitan Kecamatan Pangalengan 2006-2010 telah ditentukan tiga komoditas unggulan untuk sektor pertanian yaitu jagung, kentang dan kubis. Selain produk sayuran, Pangalengan memiliki beberapa potensi di sektor perkebunan
|
|||
c. |
IPAL Terpadu Majalaya |
||
Kabupaten Bandung merupakan sentra industri tekstil di Jawa Barat, salahsatunya berada di Kecamatan Majalaya.Untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran akibat pembuangan air limbah industri tekstil ke badan air penerima, direncanakan pembangunan dan pengoperasian Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terpadu untuk industri tekstil dalam pengolahan air limbah dengan biaya yang lebih ekonomis. |
|||
d. |
Meat Business Center (MBC) |
||
Merupakan Rumah Potong Hewan (RPH) yang mengintegrasikan sistem agribisnis berbasis pemotongan ternak. Konsep ini mengintegrasikan sub sistem produksi ternak, pengolahan dan pemasaran ke dalam satu lokasi kegiatan usaha. MBC terletak di Kelurahan Baleendah Kecamatan Baleendah seluas 2 Ha. Kapasitas potong 80-200 ekor/hari. Kegiatan yang dilakukan berupa pemotongan hewan berstandar SNI. |
|||
e. |
Panas Bumi |
||
Kabupaten Bandung memiliki potensi energi panas bumi sebesar 2.711 megawatt (mW). Dari jumlah tersebut, yang sudah termanfaatkan (ter-install) mencapai ±697 mW masing-masing di wilayah Kamojang, Wayang Windu, Darajat, Patuha, dan Area Cibuni.Energi yang berasal dari Kabupaten Bandung sudah mampu mensuplai kebutuhan energi listrik Jawa-Madura-Bali dan ini akan terus berkembang dengan adanya perluasan di area Kamojang, Wayang Windu, dan Patuha dengan total rencana perluasan mencapai sekitar 360 mW. Bahkan sejak bulan Mei 2012, telah dimulai pembangunan PLTP Patuha Unit I dengan |
|||
7. |
Pariwisata |
||
Kabupaten Bandung banyak memiliki panorama pariwisata yang cukup indah dan alami di Kawasan Bandung Selatan serta merupakan tujuan utama kunjungan domestik dari Bandung maupun dari luar Bandung bahkan dari mancanegara, adapun kawasan pariwisata dimaksud terdiri dari: |
|||
a. |
Kawasan Pariwisata Alam, Meliputi : |
||
Gunung Patuha/Kawah Putih, Ranca Upas, Cimanggu, Walini, Situ Patengan, Kawah Cibuni, Curug Cisabuk (Kecamatan Rancabali), Gunung Puntang, arung jeram lamajang (Kecamatan Cimaung), Cibolang, Punceling, Situ Cileunca, |
|||
b. |
Kawasan Pariwisata Budaya, meliputi: |
||
Gunung Padang (Kecamatan Ciwidey), Rumah adat Cikondang, Rumah Hitam (Kecamatan Pangalengan), Rumah Adat Bumi Alit |
|||
c. |
Kawasan Pariwisata Agro, meliputi: |
||
|
|||
d. |
Kawasan Pariwisata Terpadu dan Olahraga: |
||
Stadion Si Jalak Harupat (Kecamatan Kutawaringin), Arena Golf Margahayu/BIG (Kecamatan Margahayu), arena Dago Golf (Kecamatan Cimenyan), Kawasan Wisata Terpadu Cimenyan (Kecamatan Cimenyan), serta Kawasan Pariwisata Terpadu Sekitar Situ Cileunca (Kecamatan Pangalengan). |
|||
8. |
Potensi Kawasan |
||
Berkaitan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung, terdapat beberapa kawasan yang memiliki fungsi strategis, struktur dan pola ruang. Kawasan prioritas yang akan dikembangkan meliputi: |
|||
a. |
Kawasan Terpadu Kota Baru Tegalluar |
||
Kawasan Terpadu Kotabaru Tegalluar merupakan kawasan strategis dengan luas ±3.500 ha yang terdiri dari pengembangan kawasan pemukiman skala besar, kawasan industri, pengembangan waduk/danau buatan, dan kawasan rekreasi. |
|||
b. |
Kawasan Terpadu Permukiman dan Industri Margaasih |
||
Kawasan Terpadu Permukiman dan Industri Margaasih merupakan kawasan strategis dengan luas ±450 ha untuk pengembangan kawasan industri non-polutif. |
|||
c. |
Kawasan Terpadu Stadion Olahraga Si Jalak Harupat |
||
Pengembangan Kawasan Terpadu Stadion Olahraga Si Jalak Harupat diarahkan menjadi kawasan strategis yaitu sebagai kawasan pertumbuhan baru dengan peruntukan lahan kawasan pengembangan fasilitas umum olahraga dan rekreasi. Kawasan Terpadu Stadion Olahraga Si Jalak Harupat dipersiapkan oleh Provinsi Jawa Barat untuk menjadi tuan rumah PON ke-XIX tahun 2016. Kawasan ini memiliki luas ±740 ha yang terdiri dari kawasan inti stadion (sport centre) dengan luas ±130 hadan kawasan pendukung dengan luas ±610 ha terletak di Kecamatan Kutawaringin yang diarahkan untuk kegiatanjasa/perdagangan, perumahan, industri non polutif serta kegiatan komersial lainnya. Kerangka pemikiran hubungan antara kondisi geografi daerah dengan potensi pengembangan wilayah adalah sebagai berikut. |
|||
9. | Wilayah Rawan Bencana | ||
Kabupaten Bandung merupakan dataran tinggi berbentuk cekungan di mana sungai Citarum sebagai sentral cekungan menjadi muara bagi anak-anak sungai dari utara selatan, dan timur. Kondisi geografis tersebut menyebabkan tingkat kerentanan bencana alam di Kabupaten Bandung cukup tinggi.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2011, Kabupaten Bandung menduduki peringkat keempat tingkat rawan bencana diantara 494 kabupaten yang ada di Indonesia. Sedangkan di tingkat Provinsi Jawa Barat menempati ranking ketiga setelah Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya. Tingginya tingkat kerentanan bencana diukur dari berbagai faktor diantaranya jumlah kasus yang terjadi hingga potensi wilayahnya. Berikut adalah peta wilayah dengan potensi bencana |
|||
Kondisi geografis Kabupaten Bandung yang berupa dataran tinggi berbentuk cekungan dikombinasikan dengan banyaknya alih fungsi lahan yang terjadi baik dari pertanian dan daerah resapan menjadi permukiman maupun kawasan hutan menjadi lahan pertanian musiman menyebabkan tingginya sedimentasi dan bencana banjir. Selain itu, terganggunya sistem jaringan irigasi dan drainase juga berakibat pada timbulnya genangan dan banjir di beberapa titik lokasi terutama wilayah permukiman seperti banjir di Cieunteung-Baleendah, Dayeuhkolot serta jalan terusan Kopo.
Kondisi ini juga dipengaruhi oleh status daerah pada lokasi-lokasi tersebut yang merupakan daerah pelepasan air tanah, sehingga air tidak dapat terserap di daerah tersebut dan pada akhirnya menimbulkan banjir. Tingkat banjir dengan status tinggi terdapat di Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Bojogsoang, dan Kecamatan Baleendah. Peta kawasan rawan banjir di Kabupaten Bandung dapat dilihat lebih rinci pada Gambar 2.8. Selain risiko bencana banjir dan gunung berapi, Kabupaten Bandung juga rawan terhadap bencana gempa bumi. Tingkat risiko bencana ini cukup tinggi karena pada sebagian besar luas wilayah Kabupaten Bandung memiliki tingkat kerentanan gempa yang tinggi dan sebagian lainnya memiliki tingkat kerentanan menengah. Tingkat kerentanan gempa dengan status tinggi berada di Kecamatan Rancabali, Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Cimaung, Kecamatan Banjaran, Kecamatan Ibun, Kecamatan Cikancung,Kecamatan Cicalengka, dan sebagian Kecamatan Rancaekek. |
|||
Bencana lainnya yang berpotensi terjadi di Kabupaten Bandung adalah risiko gerakan tanah mengingat topografi dan kontur wilayahnya yang berbukit-bukit dengan beda ketinggian dataran memiliki rentang yang cukup lebar. Kawasan rawan gerakan tanah tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bandung, dimulai dari bagian utara dengan tingkat kerentanan gerakan tanah sangat rendah, menuju bagian tengah dan selatan Kabupaten Bandung yang memiliki tingkat kerentanan rendah dan menengah, serta beberapa kawasan di bagian selatan yang memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah tinggi. Berikut peta rawan gerakan tanah di Kabupaten Bandung. Daerah dengan tingkat kerentanan gerakan tanah tinggi hanya terdapat di sebagian kecil daerah di Kecamatan Rancabalidan Kecamatan Pasirjambu. Sementara sebagian besar daerah lainnya memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah menengahhingga sangat rendah. Berikut adalah peta rawan gerakan tanah di Kabupaten Bandung. |
Sumber : RKPD Pemkab.Bandung Tahun 2016