Pekerjaan Umum

Kondisi Kabupaten Bandung terkait dengan urusan pekerjaan umum salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut:


1.
 

Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi Baik. Jaringan jalan yang baik, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun terhadap kondisi sosial budaya kehidupan masyarakat.Infrastruktur jalan yang baik adalah modal sosial masyarakat dalam menjalani roda perekonomian sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mungkin dicapai tanpa ketersediaan infrastruktur jalan yang baik dan memadai.

Kebijakan pembangunan yang tidak bertumpu pada kompatibilitas dan optimalisasi potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya fisik (buatan) akan menyebabkan sulitnya mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Salah satunya yang sering kita alami adalah banjir yang disebabkan tidak seimbangnya volume air dengan kapasitas dan fungsi sungai serta drainase.Hal ini juga yang terjadi pada kondisi jaringan transportasi dimana kapasitasnya tidak lagi mampu menampung pergerakan barang dan manusia secara ideal.

Kinerja jaringan jalan berdasarkan kondisi dapat dikategorikan dengan jalan kondisi baik, rusak, sedang rusak, rusak, dan rusak berat. Proporsi kondisi jalan baik di Kabupaten Bandung pada tahun 2014 mencapai 54,28. Sedangkan proporsi jalan mantap (kondisi baik dan sedang) mencapai 77,04%. Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai panjang jaringan jalan di Kabupaten Bandung berdasarkan kondisi selama kurun waktu 2009-2014.

 
 
2.
 

Proporsi Jumlah Jembatan. Proporsi kondisi jembatan baik di Kabupaten Bandung tahun 2009 sebesar 56,94%
dan pada tahun 2013 naik sebesar 25,52% menjadi 82,46%.

 
 
3.
 

Rasio Jaringan Irigasi. Jaringan Irigasi merupakan satu kesatuan infrastruktur pendukung utama sektor pertanian khususnya untuk pertanian lahan basah. Jaringan irigasi di kabupaten Bandung terdiri atas jaringan irigasi teknis dan non teknis. Luas areal yang dilayani oleh jaringan irigasi masih didominasi oleh irigasi non teknis yang mencapai 61,48% sedangkan irigasi teknis hanya 38,52%.

Kewenangan pengelolaan irigasi non teknis dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dengan luas areal 0-25 Ha dan Kabupaten dengan luas areal > 25 Ha. Total luas irigasi non teknis mencapai 25.700,75 Ha terbagi atas kewenangan desa ±1.883,76 Ha dan kewenangan kabupaten ±23.816,99 Ha. Luas areal yang dilayani irigasi teknis ±14.150,65 Ha yang dikelola oleh Provinsi sebanyak 4 Daerah Irigasi (DI) Ciherang, Cirasea, Wanir dan Wangisagara dan Irigasi Lintas sebanyak 7 DI (Cangkuang, Depok, Ciyasana, Buahbatu, Cibeunying- Ciateul, Ciregol dan Leuwikuya) dengan total luasan ±11.039 Ha. Pengelolaan Irigasi teknis oleh Kabupaten meliputi 8 DI (Leuwikuray, Juntihilir, Kiaraeunyeuh, Baros, Cibeureum, Cigadog, Cibodas dan Sudiplak) dengan luas areal ±3.111,65 Ha. Berikut ini merupakan kondisi jaringan irigasi di Kabupaten Bandung secara lengkap.

 
 
 
4.
 

Jaringan Drainase Jaringan drainase di Kabupaten Bandung terkait erat dengan keberadaan Sungai Citarum dari hulu ke hilir beserta anak-anak sungainya. Sungai Citarum merupakan sungai lintas Kabupaten/Kota, yang berawal dari mata air yang terletak di Gunung Wayang (Kabupaten Bandung) yang mengalir sepanjang 269 km hingga bermuara di Laut Jawa.

Untuk skala nasional, wilayah Sungai Citarum merupakan bagian dari wilayah sungai Cidanau-Ciujung- Ciliwung-Cisadane-Citarum. Mengingat keberadaan Sungai Citarum yang sangat penting sebagai penyedia air baku ibukota, mempunyai dampak ekonomi serta secara regional menjadikannya sebagai wilayah sungai strategis nasional sehingga kewenangannya berada di pemerintah Pusat dan Provinsi.

Banjir atau genangan tahunan, 5 tahunan, dan 25 tahunan yang terjadi harus ditangani secara menyeluruh dari hulu ke hilir, secara struktural maupun non struktural. Catatan banjir besar di Bandung dan sekitarnya akibat meluapnya Sungai Citarum terjadi pada
tahun 1931, 1945, 1977, 1982, 1986, 1998, 2005, 2010,  dan 2014. Namun demikian, saat ini hampir setiap tahun
terjadi luapan Sungai Citarum.

Daerah banjir yang rutin terjadi adalah Kecamatan Majalaya, Kecamatan Bojongsoang, Kecamatan Baleendah, Kecamatan Banjaran dan Kecamatan Dayeuhkolot. Lokasi-lokasi genangan juga terjadi di Ciparay, Solokan Jeruk, Pameungpeuk, Cangkuang, Soreang, Katapang, Margahayu, Margaasih, Rancaekek, Cileunyi. Diharapkan pada tahun 2025, lokasi-lokasi genangan tersebut dapat diminimalisasi bahkan dihilangkan untuk dilokasi daerah-daerah tersebut.

Berikut ini merupakan data drainase di Kabupaten Bandung tahun 2014.

 Sumber : RKPD Kabupaten Bandung Tahun 2016