Tarif Tol Soroja Sesuai Hasil Lelang Investasi

Pasca diresmikannya Tol Soroja (Soreang- Pasirkoja) oleh Presiden RI Ir. Joko Widodo pada 4 Desember 2017 lalu, penerapan sistem transaksi non tunai, dinilai bisa meningkatkan kenyamanan perjalanan pengguna tol.

Pemberlakuan tarif tol yang berjarak 10 km itu, menggunakan sistem terbuka yakni jauh dekat dikenakan biaya yang sama. Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama PT Citra Marga lintas Jabar (CMLJ) Bagus Medi Suarso, saat dikonfirmasi melalui telepon celuler nya, Rabu (3/1/2018).

Dirut CMLJ menjelaskan, berdasarkan surat penetapan pemenang Pelelangan Pengusahaan Jalan Tol Soroja, nomor: KU.03.01-Mn/503, yang ditandatangani oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tertanggal 25 Juni 2015.

Pemenang tender adalah PT. CMLJ merupakan BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) yang dibentuk oleh konsorsium PT CMNP (Citra Marga Nushapala Persada) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dan PT Jasa Sarana.

“PT CMLJ memenangkan tender dengan Tarif Tol Soroja untuk golongan I per kilometer adalah Rp.702, dengan perhitungan total panjang mencapai 10,57 km, maka tarif untuk kendaraan golongan I yang harus dibayarkan adalah sekitar Rp 7.420,- ,” ungkap Bagus Medi Suarso.

Dia menambahkan, mengenai penetapan golongan jenis kendaraan bermotor dan besaran tarif tol pada jalan Tol Soreang - Pasirkoja, sudah ditentukan sesuai dengan Keputusan Menteri PUPR Nomor: 1010/KPTS/M/2017 pada tanggal 8 Desember 2017.

“Besaran tarif Tol Soroja ini sudah sesuai Keputusan Kementrian PUPR, yakni Golongan I: Rp 7.000, Golongan II: Rp 10.500, Golongan II: Rp 14.000, Golongan IV: Rp 17.500 dan Golongan V: Rp 21.000, dengan system terbuka,” ucapnya.

Menurut Bagus Medi Suarso, pada prinsipnya pembangunan jalan tol merupakan suatu bisnis, sehingga harus memenuhi persyaratan perhitungan keuangan yang sepadan agar dapat menarik investor dan lembaga keuangan untuk terlibat dalam pelaksanaannya.

“Adanya pemberlakuan tarif tol adalah untuk pengembalian investasi dan keuntungan yang wajar bagi investor, di samping untuk keperluan operasi dan pemeliharaan. Penentuan besarnya tarif tol dihitung berdasarkan 3 komponen, yaitu besar keuntungan biaya operasi kendaraan, kemampuan bayar pengguna jalan tol, dan kelayakan investasi,” imbuh Bagus Medi.

Seiring dengan perkembangan kondisi ekonomi makro ujarnya, akan dilakukan penyesuaian tarif tol setiap dua tahun sekali, dimana besarnya tarif baru tersebut bergantung pada tingkat inflasi saat tarif baru diberlakukan.

Menanggapi hal tersebut, Asisten Perekonomian dan Kesejahteraan Pemerintah Kabupaten Bandung H.Marlan, S.Ip.,M.Si mengatakan, tender jalan tol dilakukan oleh BPJT, dibawah kementrian PUPR.

Hitungan tarif tol yang dibebankan kepada pengguna jalan dengan besaran tertentu karena memang tol Soroja dibangun sebagai tol dalam kota.

Sehingga menurut Asisten 2 tersebut, fasilitas yang dimilki juga berbeda.

“Sepanjang jalan tol lampu terang, dari sisi keamanan juga lebih safety di banding dengan yang lain, pasti biaya operasionalnya cukup tinggi, termasuk tol ini dibangun dengan kontruksi yang sangat baik, sehingga otomatis membutuhkan biaya yang cukup besar dan hal Itu akan berimbas terhadap tarif tol,” ujar Marlan.

Lebih lanjut Dia menguraikan, yang sekarang menjadi beban tarif tol yakni dari infrastruktur pembangunan jalannya sendiri, dengan modal yang besar.

Walaupun hanya 10,5 km katanya, pembangunan infrastruktur Tol Soroja melewati 4 jembatan sungai, seperti Citarum, Ciwidey dan 2 lainnya, yang membutuhkan biaya kontruksi yang cukup besar.

“Sebetulnya jalur arteri juga ramai, hanya memang imbas dari tol terasa jalan kopo menjadi sedikit agak berkurang kepadatannya. Tetapi melihat dari sisi waktu, efisiensi bahan bakar, mungkin lebih hemat menggunakan jalan tol yang hanya Rp.7.000,-. Sebenarnya tarif Rp.13.500 itukan jarak dari GT Cileunyi - Soreang, kalau GT Cileunyi keluar GT kopo Rp.6.500,-. Sedangkan dari tol Kopo ke tol Soroja Rp.7.000,-, sehingga diakumulasi menjadi Rp.13.500,” urainya.

Marlan menandaskan, besaran tarif tol Soroja yang diberlakukan tidak mahal, dibandingkan dengan beberapa keuntungan yang diperoleh pengguna jalan tol.

Jika melihat dari sisi efisiensi waktu, efektivitas transportasi dan efisiensi bbm.

“Tarif Rp. 13.500,- itu tidak mahal, jika dibandingkan dengan fasilitas tol dalam kota yang disediakan. Karena kalau kita menggunakan jalan Kopo untuk menuju ke Soreang, pagi bisa 1 jam, berapa bbm yg keluar, mungkin lebih dari 2 liter, belum lagi kemacetan dan berbagai kondisi di jalur arteri. Dengan adanya tol, perjalanan akan lebih efisien, baik waktu juga efisiensi biaya operasional kendaraan,” tutup Marlan.

Press Release Kominfo Setda.