Tangsimekar Wakil Kabupaten Bandung Pada Lomba P2WKSS Jabar

Desa Tangsimekar Kecamatan Paseh menjadi wakil Kabupaten Bandung untuk dinilai lomba P2WKSS (Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera) Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.

Secara resmi Tim Penilai P2WKSS Jabar diterima oleh Wakil Bupati Bandung, H.Gungun Gunawan, S.Si, M.Si di aula kantor desa Tangsimekar, Paseh, Selasa (03/05/2016). Terpilihnya Desa Tangsimekar, bagi Pemerintah Kabupaten Bandung menjadi kebahagiaan tersendiri.

"Karena salah satu desa binaan kita mendapatkan evaluasi dari tingkat provinsi Jabar," ucap Gungun Gunawan seraya mengatakan juara tidak menjadi target yang penting dampak dari program dibawah binaan BKBPP Kabupaten Bandung ini dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Dilihat dari sisi demografis, kata Gungun penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2015 berjumlah 3.494.469 jiwa. Komposisi laki laki sebanyak 1.783.850 atau sebesar 51,05% dan perempuan sebanyak 1.710.619 atau sebesar 49,48%.

"Perempuan dengan jumlah tersebut, jika diberdayakan secara maksimal bisa menjadi aset yang sangat berharga bagi keberlangsungan dan kemajuan pembangunan di Kabupaten Bandung, termasuk dalam hal menanggulangi kemiskinan," jelas Gungun Gunawan.

Ketua Tim Penilai, Dr.Hj.Neni Alyani, SE menjelaskan program terpadu P2WKSS menitikberatkan pada persoalan-persoalan desa binaan yang tercakup dalam dua program, yakni program utama dan program pendukung.

Untuk program utama, kata Neni diantaranya berfokus pada perbaikan transportasi dari mulai jalan yang besar hingga masuk pada jalan-jalan kecil ataupun yang masuk gang dan pembangunan saluran air bersih.

Di program ini juga tambah Neni, pembangunan rumah tidak layak huni menjadi sasaran. Bagaimana masyarakat bisa memperhatikan ventilasi udara rumahnya, kemudian selalu menjaga kebersihan halaman rumahnya, "Dan itu bisa dikerjakan bersama-sama oleh penghuni rumah. Harus ada pembagian peran kerja dalam rumah tangga, antara Ayah, ibu dan anak," imbuhnya pula.

Sementara sebagai program pendukung, lanjut Neni di desa Tangsimekar perlu dibentuk kelompok-kelompok masyarakat untuk memudahkan program-program itu langsung terserap oleh masyarakat.

cKelompok pertama adalah kelompok ibu-ibu yang memiliki Balita. Dalam kelompok ini, ibu-ibu tersebut mendapat bimbingan dan arahan dari OPD (Organisasi Perangkat Daerah) bagaimana cara memberikan asupan gizi yang baikjuga cara mendidik seorang anak. Kelompok kedua adalah, ibu-ibu yang masih memiliki orangtua.

Kelompok ini kata Neni harus diberikan binaan lansia. Mereka harus faham dengan kondisi perubahan yang akan terjadi pada orangtuanya. "Salah satunya memperhatikan kesehatannya, karena semakin tua, terjadi perubahan struktur tubuhnya. Semakin tua, postur tubuhnya menjadi lebih pendek. Dan ini berbahaya untuk kesehatan orangtua," jelas Neni Kelompok lainnya adalah kelompok ibu-ibu yang memiliki anak remaja.

Maka kelompok ini, jelas Neni harus di diberi program Bina Keluarga Remaja (BKR). Program ini merupakan upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan orangtua dang anggota keluarga lain dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja secara seimbang melalui komunikasi yang efektif antara orangtua dan anak remaja. Kelompok terakhir adalah, kelompok yang mendapat binaan tentang Kampung Ramah Anak.

Dalam kelompok ini, para ibu-ibu akan mendapatkan binaan agar mereka mengetahui sistem pembangunan yang berbasis anak. "Pada kelompok ini, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha berkomitmen untuk menunjang program-program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak anak," tambahnya pula.