Tak Ada Lonjakan DBD di Bandung Selatan

    Penyakit yang banyak ditemukan adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan DBD, kata pengelola RS Al Ihsan Baleendah, Prof. Dr. H. Iwin Sumarman, Sp.T.H.T., di ruang kerjanya, Sabtu (2/2). Menurut dia, pasien DBD yang masuk ke RS Al Ihsan selama Januari 2008 ini sebanyak 32 orang, 2 di antaranya kategori dengue shock syndrome (DSS). Jumlah itu lebih kecil dibandingkan dengan Januari tahun lalu yang mencapai 77 orang. Dalam setahun, RS Al Ihsan merawat 703 pasien DBD dengan seorang meninggal dunia.

    Iwin mengimbau agar masyarakat tetap waspada karena bisa saja terjadi lonjakan kasus DBD pada Februari ini. Kalau sebelumnya penderita DBD ditandai dengan bintik-bintik merah di kulit, dalam beberapa tahun terakhir tanda-tanda itu tak muncul. Lebih baik bawa ke rumah sakit bila ada yang menderita panas lebih dari dua atau tiga hari sebagai antisipasi kemungkinan terserang DBD.

    Di Cimahi, jumlah penderita demam berdarah di ruang perawatan kelas 3 RSU Cibabat Cimahi sejak Januari mengalami penurunan. Saat ini, 13 pasien DBD dirawat di ruang perawatan kelas III, dan 4 pasien lain di Posko Demam Berdarah RSU Cibabat.

    Menurut Susi, Staf Perawat RSU Cibabat, pasien DBD di kelas III tidak menunjukkan kenaikan. Pasien yang dirawat berasal dari Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, dan Kota Cimahi. Tidak ada pasien yang shock ataupun yang dirawat di ICU.

    Meski jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bandung meningkat tajam selama Januari, namun permintaan trombosit di Unit Transfusi darah (UTD) PMI Kota Bandung tidak mengalami peningkatan. Sebab, tidak semua penderita DBD memerlukan trombosit. Pemberian trombosit sangat bergantung pada standar penanganan DBD di RS dan kondisi pasien,Kepala Bidang Pelayanan PMI Kota Bandung, dr. Erlina Kartabrata, Kamis (31/1) di Bandung.

 

Sumber : Harian Umum Pikiran Rakyat, Senin 4 Februari 2008