Sektor Pertanian Menjadi Prioritas Pembangunan Kab. Bandung

    
    Bupati Bandung, Dadang M. Naser saat menghadiri rapat kerja (raker) Redaksi HU Galamedia di penginapan Saung Bilik, Sadu, Soreang, Kab. Bandung, Senin (14/2) menuturkan, untuk meningkatkan pembangunan dan perekonomian masyarakat Kab. Bandung, Pemkab Bandung menitikberatkan pembangunan pada sektor pertanian.

     Dari sekitar 3,1 juta penduduk Kab. Bandung, lanjut Dadang, 40%-nya merupakan petani. Sisanya 20% berprofesi sebagai pedagang, 20% pegawai swasta, dan 20% pegawai negeri. Sayangnya dari 40% petani di Kab. Bandung kebanyakan hanya penggarap bukan pemilik hingga tingkat perekonomian mereka masih rendah.

     Untuk meningkatkan perekonomian dari sektor pertanian, tambah Dadang, pihaknya mengembangkan program pertanian terpadu yang berujung pada pertanian organik. Bukan hanya di bidang pertanian, bidang lainnya seperti hortikultura dan perkebunan juga nantinya diarahkan menjadi organik.

      Hasil pertanian organik ini sangat bagus karena bisa meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi. Tidak itu saja, produk pertanian organik lebih aman karena kandungan kimianya lebih sedikit dibandingkan dengan hasil pertanian anorganik yang selama ini dilakukan para petani.

      Untuk menciptakan pertanian organik ini berbagai upaya mulai dirintis. Bahkan di Kab. Bandung kini ada sawah organik yang tersebar di beberapa titik, seperti Kec. Cangkuang dan Kec. Bojongsoang.

     Untuk memenuhi kebutuhan pupuk bagi sawah organik, di beberapa kecamatan juga sudah ada tempat pengolahan pupuk organik baik yang berbahan baku kotoran ternak maupun jerami.

     Dalam hal perekonomian jelas ini meningkatkan pendapatan karena kotoran ternak yang biasa dibuang atau jerami yang dibakar itu, kini dibeli tempat pengolahan pupuk organik.

     Yang lebih menguntungkan penggunaan pupuk organik lebih murah dibandingkan dengan pupuk anorganik. Hal ini sudah dirasakan oleh petani organik.

      Di wilayah Kab. Bandung, sawah organik mencapai 650 ha. Meski demikian dari luas tersebut baru 50% yang tergolong lahan organik murni.

      Kasi Sarana dan Prasarana, Distanbunhut Kab. Bandung, Bambang Setiadi menuturkan, lahan organik yang ada di Kab. Bandung sekarang masih terdiri atas sawah semi-organik dan sawah organik murni. Hal ini dikarenakan perlu waktu lama untuk membentuk sawah organik.

      Untuk menjadikan lahan sawah menjadi organik murni, minimal diperlukan 4-5 kali masa tanam organik. Beras organik mempunyai keunggulan, selain pulen juga wangi. Produksinya juga lebih banyak, jika 650 ha sawah anorganik menghasilkan 7 ton maka yang organik bisa menghasilkan 8 ton.
 
Sumber : Harian Umum Galamedia, Edisi Rabu 16 Februari 2011