Relokasi Sekolah tidak Tepat

    Ketua tim Komisi X Heri Akhmadi, ketika ditemui di sela-sela kunjungannya ke SDN 7 Dayeuhkolot, Desa/Kec. Dayeuhkolot, Selasa (9/3), mengatakan, jika dilakukan, relokasi sekolah harus diikuti pemindahan seluruh warga yang berada di kawasan genangan banjir.

     Kalau yang ditangani hanya sekolahnya, sedangkan lingkungan sekitarnya tidak, siapa yang akan bersekolah di sana. Tadi juga ada usulan bedol desa, itu kan lebih sulit lagi karena sekarang ini tidak mudah mendapatkan lahan yang sesuai. Kalau direlokasi ke luar  Jawa, mana ada guru yang mau dikirim ke sana.

    Menurut Heri, Komisi X menyerahkan keputusan akhir kepada Pemprov Jabar dan Pemkab Bandung. Kami  sudah tahu kondisi lingkungan di sini buruk. Kami juga harus mempelajari bagaimana solusi yang terbaik. Usulan harus dilakukan dari bawah, kami hanya menyediakan skema umum.

     Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kab. Bandung Juhana, yang ditemui dalam kesempatan yang sama, mengatakan, ada beberapa opsi, seperti relokasi, meninggikan bangunan sekolah, atau memindahkan kegiatan belajar-mengajar ketika banjir ke kelas singgah di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di Kec. Baleendah, seperti yang dilakukan saat ini.  Untuk usulan relokasi baru bisa dilakukan ketika ada relokasi penduduk. Karena konsep sekolah mengikuti lokasi penduduk berada.

     Oleh karena itu, tutur Juhana, Disdikbud Kab. Bandung  tetap berpegang pada opsi meninggikan bangunan sekolah. Langkah itu perlu untuk mengamankan sarana belajar, bisa dipakai ketika terjadi banjir tanpa harus terganggu karena sarana dan prasarana rusak. Tapi, yang harus dipikirkan adalah bagaimana akses ke sekolah itu ketika banjir, ucap Juhana sambil menyebutkan akan menyiapkan perahu karet jika opsi meninggikan bangunan sekolah jadi dilakukan.

     Di Kab. Bandung, terdapat tiga sekolah yang selalu tergenang akibat meluapnya Sungai Citarum, yaitu SDN 7 Dayeuhkolot, SDN Andir, dan SDN Mekarsari Cieunteung. Kepala SDN 7 Dayeuhkolot Siti Latifah mengaku memilih meninggikan bangunan sekolah daripada merelokasinya. ”Untuk jalan akses mungkin bisa disediakan perahu. Menurut dia, hanya sekitar 75 persen dari 296 murid di SDN 7 Dayeuhkolot yang aktif mengikuti KBM ketika musim hujan.

     Penilaian berbeda dikemukakan salah seorang anggota Komisi X DPR RI, Parlindungan Hutabarat. Menurut dia,   relokasi adalah cara terbaik. Masalah banjir tidak hanya menghinggapi sekolah, tapi juga rumah-rumah penduduk. Karena itu, relokasi adalah jalan terbaik. Parlindungan menilai, upaya meninggikan bangunan sekolah tidak logis. Kita kan juga harus memikirkan faktor keselamatan anak-anak yang harus melalui akses jalan banjir untuk menuju sekolah.

     Untuk itu, pemerintah seharusnya cepat mengadakan penyuluhan dan sosialisasi kepada warga mengenai opsi yang akan dipilih. Kalau opsi relokasi yang dipilih, pemerintah harus aktif memberikan penyuluhan, termasuk ke mana warga akan direlokasi, agar mereka tahu.

 

 

Sumber : Harian Umum Pikiran Rakyat, Rabu 10 Maret 2010