POPM Cacingan Berkontribusi 30%  Penurunan  Stunting

Dalam mengantisipasi stunting (kerdil) dalam pertumbuhan anak, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung segera melakukan Pemberian Obat Pencegahan Masal (POPM) Cacingan pada bulan April dan Oktober tahun 2018. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes)  Kabupaten Bandung dr. H. Achmad Kustijadi.,M.Epid saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (2/4). 

“Pemberian Obat Cacing berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Ada 10 Desa  di 8 Kecamatan prioritas stunting di Kabupaten Bandung, yakni Desa Rancatungku Kecamatan Pemeungpeuk, Desa Dampit, Narawita dan Tanjungwangi kec. Cicalengka, Desa  Mekarlaksana kec.Cikancung, Desa Babakan Kec. Ciparay, Desa Girimukya Kec. Pacet, Desa Cihawuk Kec. Kertasari, Desa Karangtunggal Kec. Paseh dan Cibodas Kec. Pasirjambu,” papar dr.Dedi sapaan akrabnya.

Selain itu lanjutnya, berdasarkan hasil riset kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi stunting di kabupaten Bandung sebesar 40,7% dan data ini digunakan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) untuk dasar penentuan 100 kabupaten kota untuk intervensi standing stunting.

“Kabupaten Bandung termasuk daerah prioritas stunting oleh Kementrian Kesehatan. Berdasarkan hasil BPB (Bulan Penimbangan Balita) tahun 2017, terlaporkan dari 253.078 anak yang ditimbang, 8,06%  mengalami stunting,” ungkapnya.

Obat cacing yang diberikan kali ini lanjutnya, menyasar 752 ribu anak-anak dari usia 1 hingga 12 tahun.  Pelaksanaan POPM cacingan ini mulai dilakukan pada hari senin (2/4) di beberapa sekolah dan posyandu. Bentuk obat cacingnya kata dr. Dedi, berbentu pil manis rasa jeruk, sehingga sangat cocok untuk anak-anak. 

“Pemberian obat cacing sudah dimulai sejak hari ini, bekerjasama dengan dinas pendidikan dan dan Kemenag di wilayah Kab. Bandung. Rasanya jeruk manis seperti permen, jadi tidak seperti obat lain yang rasanya pahit. Periode pertama pada bulan april dan periode kedua bulan Oktober yang akan dilakukan selama 5 tahun,” ujar dr. Dedi.

Sementara Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinkes Kabupaten Bandung dr. Rikmasari menjelaskan, Kerdil (stunting) pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak Balita (Bawah 5 Tahun) akibat dari kekurangan  gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam  kandungan hingga  usia dua tahun. 

“Dengan demikian periode  1000 hari pertama kehidupan seyogyanya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas anak,” tandasnya.

Untuk intervensi penanganan stunting tambah dr.Rikmasari, diperlukan adanya kerjasama lintas instansi yakni Dinas PUPR, Dinas Perkimtan, Disperindag, DP2KBP3A  juga para kader dan Kemenang. “Semuanya memiliki peran penting dalam menekan angka stunting di Kabupaten  Bandung. Bukan hanya perbaikan pola hidup sehat masyarakat, lingkungan yang bersih dengan sanitasi yang memadai, serta infrastruktur lainnya yang menunjang kesehatan,” pungkasnya.

Sumber : Press Release Kominfo Setda