Penduduk Kab. Bandung 3,2 Juta

Dalam proses pencacahan penduduk yang berlangsung 1 s.d. 31 Mei lalu, petugas sensus menemukan delapan warga Kab. Bandung yang berusia lebih dari seratus tahun, tujuh di antaranya tinggal di Kec. Rancabali. Di antara ketujuh warga Rancabali itu, tiga warga berasal dari Desa Alamendah, yakni Ames (117), Ija (110), dan Iyot (105), serta empat warga dari Desa Sukaresmi, yakni Indung Seni (127) Yunta (110) Anah (101), dan Iyin (100). Sementara seorang warga lainnya berasal dari Desa Sukamaju Kec. Cimaung, yakni Mak Imung (117).

Meski demikian, Kepala Seksi Statistik Sosial pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Bandung, Encep Wagan, data penduduk Kab. Bandung tersebut masih akan terus berkembang hingga 15 Juni mendatang yang merupakan batas akhir verifikasi data. Kami masih menunggu rekapitulasi data dari petugas pencacah dan laporan dari warga yang belum disensus.

Berdasarkan hasil pencacahan sementara yang dihimpun BPS Kab. Bandung, penduduk Kab. Bandung tahun ini berjumlah sekitar 3,2 juta jiwa. Di antaranya tercatat 111 tuna wisma dan 66 orang gila. Sebagian besar orang gila tersebut berada di Kec. Cicalengka, Margahayu, Ciparay, dan Kec. Banjaran.

Sensus penduduk di Kab. Bandung menghabiskan biaya sebesar Rp 2,7 miliar yang diperoleh dari APBN. Sebagian besar, atau 90 persen dari dana tersebut untuk upah petugas dan sisanya untuk keperluan administrasi, petugas pencacah lapangan berjumlah 6.224 orang yang terbagi dalam 1.556 tim.

Menurut Encep, pada Senin-Selasa (1-2/6) kemarin, sejumlah petugas pencacah itu melakukan pemeriksaan silang antartim terhadap data-data yang terkumpul dari berbagai daerah. Pemeriksaan silang ini diperlukan untuk memeriksa validasi data yang telah dikumpulkan masing-masing tim.

Encep mengatakan, kesulitan yang ditemukan petugas selama melakukan pencacahan di antaranya mendata penduduk yang pulang pada malam hari dan bekerja pada pagi hari serta mendata korban banjir Cieunteung, Baleendah. Untuk mengatasinya, kami berkoordinasi dengan warga dan aparat setempat.

Sumber : Harian Umum Pikiran Rakyat, Edisi Kamis 7 Juni 2010