Pedagang Mengeluh, Pasar Sayati Indah Semrawut

    Salah seorang anggota Asosiasi Pedagang Pasar Sayati Indah, Ayi, Selasa (6/5) mengatakan, masalah yang disoroti pedagang adalah masalah kebersihan, keamanan, dan ketertiban.  Disebutkannya, tempat pembuangan sampah (TPS) sementara yang terletak di bagian belakang pasar dan menyatu dengan kios sudah tidak memadai lagi. Dengan jumlah pedagang hampir 1.000 orang, jika terjadi keterlambatan pengangkutan, sampah akan menumpuk dan kondisi TPS pun sudah tidak memadai karena tidak ada bak penampung.

    Selain itu anggota asosiasi lainnya, Engkos Koswara, mengatakan, kondisi keamanan pasar tidak terjaga akibat minimnya jumlah petugas jaga. Saat ini hanya ada satu orang penjaga ditambah dua orang dari dinas. Kami sering mendapatkan laporan kios-kios yang kecurian. Di samping itu, kondisi jalan di dalam lingkungan pasar yang sudah rusak juga dibiarkan begitu saja tanpa ada perbaikan. Akibat kondisi ini, jalan becek dan pembeli pun malas untuk datang di samping bau sampah.

    Para pedagang pasar pun mempertanyakan penggunaan retribusi yang setipa hari ditagih oleh petugas pasar. Dalam sehari satu kios ditarik retribusi antara Rp 2.000- sampai Rp 2.500, jika ditotal dalam sehari pendapatan dari retribusi tersebut mencapai Rp 995 ribu. Ini dikemanakan jika kondisi pasar tidak ada perbaikan.

    Mereka berharap agar retribusi yang sudah diberikan digunakan untuk penataan pasar. Untuk itu, kami berharap kepada anggota dewan, khususnya Komisi B agar bisa memfasilitasi keinginan kami dengan dinas terkait. Harapan kami sebagai wakil rakyat bisa menyampaikan ini.

    Dihubungi terpisah, anggota Komisi B DPRD Kab. Bandung, Tb. Raditya mengatakan, siap memfasilitasi dan mengaku salut dengan kepedulian warga pasar tersebut. Setidaknya mereka kompak dan mempunyai rasa memiliki dan sudah sewajarnya mereka membayar retribusi kemudian dikembalikan dalam bentuk peningkatan fasilitas.

    Tidak hanya pedagang, para pengangkut sampah di Pasar Sayati Indah pun mengeluh belum menerima gaji bulan Mei. Para pengangkut sampah yang berjumlah tujuh orang tersebut hingga kemarin mengaku belum menerima apa pun dari kerja mereka.

    Biasanya paling telat tanggal 3, sekarang sudah tanggal 6 belum juga gajian. Padahal gaji tersebut tidak seberapa besarnya dan kami sangat memerlukannya. Mereka pun berharap mendapatkan tunjangan kesehatan karena sehari-hari bersentuhan dengan sampah kerap terserang penyakit. Selama ini, untuk biaya berobat pun selalu kas bon.

 

 

Sumber : Harian Umum Galamedia, Rabu 7 Mei 2008