Pacantells, Top 99 Inovasi Nasional

Taman edukasi lalu lintas yang memiliki nama lengkap Pangulinan Cacah Menak – Taman Edukasi Lalu Lintas Sabilulungan (PACANTELLS), mengikuti Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tingkat Nasional dan berhasil masuk Top 99. Saat ini tengah memasuki tahap seleksi untuk disaring menuju Top 45.

 

“Dari sejumlah 3156 proposal dari seluruh Indonesia, dan sebanyak 1651 dinilai memenuhi syarat KIPP, alhamdulillah Taman Pacantells ini masuk Top 99 KIPP yang diselenggarakan Kementerian Aparatur Negara – Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB). Antara tanggal 2 – 17 Juli kita akan diseleksi lagi melalui tahap presentasi dan wawancara untuk menuju Top 45,” ungkap Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bandung H. Zeis Zultaqawa di Kantor Dishub Kabupaten Bandung, Senin (17/6/2019).

 

Taman yang diresmikan Bunda PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Kabupaten Bandung Hj. Kurnia Agustina Dadang Naser, pada 16 Januari 2017 tersebut, dibuka untuk umum setiap hari rabu dan kamis. Tidak seperti halnya sebuah taman, pengunjung tidak hanya sekedar datang dan bermain namun mendapatkan edukasi lalu lintas berbasis kurikulum.

 

“Khusus hari rabu dan kamis kami sediakan pelayanan berbasis kurikulum. Tidak sekedar orang datang ke taman dan bermain sesuka hati. Pengunjung kami arahkan terlebih dulu ke laboratorium pembinaan keselamatan, jadi ada paparan, pemberian materi, diajak melihat gedung pengujian kendaraan, lalu diajak lagi ke tempat kami menyimpan rambu lalu lintas, setelah itu baru simulasi berlalu lintas di Taman Pacantells,” terang Kepala Dishub.

 

Pelayanan hari rabu dan kamis tersebut pun, untuk saat ini dikhususkan bagi anak-anak tingkat PAUD dan Taman Kanak-kanan (TK) beserta ibu mereka. Ia menjelaskan konsep awal pelayanan tersebut didasarkan pada data angka kecelakaan.

 

“Berdasarkan data, tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia, pembunuh anak nomor satu adalah kecelakaan lalu lintas (laka lantas). Bukan berarti mereka yang mengendarai, bisa jadi orang tua atau saudaranya, namun anak-anak lebih rentan menjadi korban laka lantas,” tutur Zeis Zultaqawa.

 

Kemudian berdasar data tingkat pergerakan lalu lintas, bahwa trip rate (rata-rata perjalanan) masyarakat Kabupaten Bandung antara 3,1-3,5, yang menunjukkan terdapat pergerakan non-dominan selain bekerja/sekolah yg cukup signifikan. Pergerakan dimaksud berpotensi dilakukan oleh para ibu.

 

“Siapa orang yang bergerak banyak seperti ini? Nah yang berpotensi besar adalah ibu-ibu yang mengantar anak ke sekolah. Biasanya setelah mengantar anak, ada yang pulang dulu, atau belanja, atau kegiatan lainnya. Itulah yang membuat pergerakan masyarakat berlalu lintas kita tinggi,” lanjutnya.

 

Berdasarkan korelasi data tersebut, maka pelayanan berbasis kurikulum dikhususkan bagi anak dan ibunya. Selain itu juga dengan pertimbangan optimalisasi periode emas usia anak (golden age), diharapkan pembinaan keselamatan terhadap ibu dan anak mampu mendorong budaya bangsa yang berkeselamatan. 

 

“Biasanya anak kecil kalau diberi tahu, cepat ingat. Jadi saat bepergian dia bisa menegur orang tuanya atau siapapun yang dia temui. Ini merupakan investasi dalam membentuk perilaku bangsa, khususnya dalam berlalu lintas,” ucap Zeis pula.

 

Kepala Seksi (Kasie) Pengembangan Sarana Transportasi Dishub Iis Ratna Komala menjelaskan, nama Pacantells dari taman dengan area seluas 770, 59 meter, dengan luas lintasan 153, 59 meter tersebut, memiliki arti filosofis dalam Bahasa Sunda.

 

“Awalnya Dishub memiliki motto Sasalaman (Sabilulungan Salamet, Lancar Aman tur Nyaman), yang menggambarkan visi pembangunan transportasi. Nama taman edukasi ini kami selaraskan dengan motto tersebut, akhirnya disepakati nama Pacantells yang memiliki filosofi perdamaian,” jelas Iis Ratna.

 

Kata Sabilulungan sendiri menurutnya dikarenakan pengelolaan PACANTELLS, tidak hanya melibatkan Bidang Pembinaan Keselamatan (Binsel). Dalam kurikulum pelayanannya yang dikembangkan Eric Alam Prabowo selaku Kasie PROMITRA, tidak melulu menyangkut materi transportasi dan berlalu lintas saja.

 

“Di dalamnya ada juga terkait tata ruang, kebersihan dengan menyediakan tong sampah tematik serta simulasi memilah sampah, kesehatan dengan adanya area bebas asap rokok dan juga simulasi Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Jadi ini merupakan kerja bersama lintas sektor Pemkab Bandung. Peran sektor swasta juga sudah ada, dan diharapkan akan semakin berkembang,” terangnya pula.

 

Untuk keberlanjutan dari Top 99 dan dalam upaya masuk ke Top 45, pihaknya telah menarget pengunjung anak dan istri awak angkutan kota (angkot). “Biasanya yang dibina itu awak (sopir) angkotnya saja, itupun belum seluruhnya terjangkau. Tapi kalau kita invest ke anaknya, setiap hari akan ada buah hati yang mengingatkan sang ayah untuk selalu berhati-hati dan mentaati aturan berlalu lintas, untuk akhirnya pulang kembali ke rumah dengan selamat,” harap Iis.

 

Sumber: Humas Pemkab Bandung