Olivia dan Camar, Mojang Jajaka Pinilih 2019

Pasanggiri Mojang Jajaka (Moka) Kabupaten Bandung 2019 telah mencapai final. Tampil sebagai Mojang Pinilih Olivia Nurpradana asal Kecamatan Cicalengka, dan Jajaka Pinilih Camar Haenda Al Farabi asal Kecamatan Baleendah. Olivia dan Camar terpilih dari 30 finalis, hasil seleksi dari total 154 peserta yang mendaftar pada ajang tersebut.

 

Bupati Bandung H. Dadang M. Naser menyematkan selendang Moka Pinilih kepada pemenang di sela-sela acara Malam Grand Final Pasanggiri SUPER Moka 2019 di Gedong Budaya Sabilulungan (GBS) Soreang, Selasa (15/10/2019).

 

Ia sangat mengapresiasi kinerja jajaran panitia dan juri, yang telah bekerja keras dalam setiap tahapan lomba. Kata SUPER, yang merupakan akronim dari Sehat, Unggul, Prestasi, Empati dan Religius, sangat selaras dengan visi pembangunan yang diemban bupati selama kepemimpinannya.

 

“Mari kita tingkatkan daya saing di tataran lokal, regional, nasional maupun internasional. Tidak hanya pandai berdandan, tapi juga bagaimana mencerdaskan intelektual dan spiritualnya,” pesan Bupati Dadang Naser dalam sambutannya.

 

Penyelenggaraan ajang tersebut, tutur bupati, merupakan salah satu upaya mempromosikan budaya lokal dan potensi wisata Kabupaten Bandung khususnya, dan umumnya di seluruh wilayah Indonesia, baik kepada wisatawan lokal maupun mancanegara. 

 

Selain itu juga memberikan nilai positif, dengan menghasilkan panutan sebagai role model bagi generasi muda di Kabupaten Bandung. “Diperlukan komunikasi dan pembinaan terhadap generasi muda. Di mana generasi ini merupakan komunitas terbanyak, dengan jumlah sekitar satu juta jiwa dari 3,7 juta penduduk Kabupaten Bandung, termasuk di antaranya peserta moka.” tutur Dadang Naser.

 

Namun demikian ia menilai, evaluasi dan penyempurnaan event ini perlu terus dilakukan. Hal itu diperlukan agar penyelenggaraannya benar-benar menjadi sebuah wahana seleksi generasi yang kreatif, inovatif, professional dan berkhlaqul karimah.

 

“Hal itu sesuai dengan doktrin Sabilulungan, yaitu akronim dari Sabar, Bijaksana, Luhung elmuna, Luhur pangartina, Ngancik iman dina diri. Generasi muda juga diharapkan menerapkan lima kunci menuju sukses, yaitu Jangan berhenti berfikir, berdzikir, berkarya, berorganisasi dan berolahraga,” sebutnya.

 

Menyandang gelar bergengsi, tentu menjadi kebanggaan bagi para finalis. Namun gelar itu, kata Dadang, akan lebih berarti bila semua orang dapat merasakan kontribusi positif dari sang penyandang gelar. “Kader Moka harus menjadi duta-duta yang unggul. Menjadi motivator di bidang pariwisata, kebudayaan, pendidikan dan keagamaan. Dalam rangka membawa masyarakat Kabupaten Bandung yang maju, mandiri dan berdaya saing,” pungkas Dadang.

 

Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bandung H. Agus Firman Zaini mengatakan, pasanggiri moka merupakan agenda tahunan pihaknya. “Tahun ini mengambil tema ‘Legendary of Bandung”. Tema ini diangkat sebagai salah satu cara untuk menginformasikan bahwa Kabupaten Bandung adalah legenda bandung, yang menjadi awal dari terbentuknya Bandung Raya sebelum pemekaran daerah,” ucap Kepala Disparbud.

 

Selain Olivia dan Camar, juga terpilih Moka Wakil I yaitu Silmi Sabila dari Banjaran dan Naufal Alwan dari Cangkuang. Selanjutnya Nira Alivia R (Pasirjambu) dan Muhammad Iqbal A (Soreang) sebagai Moka Wakil II. 

 

Sementara Klarinda Putri A (Paseh), Rima Selvia U (Bojongsoang) dan Siti Nurwendah (Baleendah), terpilih sebagai Mojang Harepan I, II dan III. Sedangkan untuk Jajaka Harepan I, II dan III, terpilih Gustian Pirmansyah (Baleendah), Roby Dikri J (Cileunyi) dan Yogi Yudistio (Margahayu).

 

“Kami juga memilih pemenang untuk kategori lainnya, Mojang Gandes (Asri Ayu W dari Baleendah), Jajaka Kewes (Tendi Taufik dari Rancabali), Moka Mimitran (Gita Hani R dari Soreang dan Reva Gumilar dari Kertasari), Moka Kameumeut (Desi Rachmi F dari Baleendah dan Bambang W dari Pasirjambu) serta Moka Parigel (Veni Nurdaisy dari Arjasari dan Ferdy Noor A dari Katapang),” urai Agus Firman.

 

154 peserta, beber Agus Firman, melalui penyaringan dalam beberapa tahap. Antara lain proses audisi, tes tertulis, kesehatan, psikologi, HIV serta wawancara yang menghasilkan 15 pasang (30 orang) finalis. Pelaksanaan seleksi melibatkan seluruh stakeholder pentahelix, yaitu akademisi, bisnis, komunitas pemerintah dan media.

 

“Kemudian dilakukan proses karantina selama tiga hari mulai tanggal 13 sampai 15 Oktober 2019. Peserta mendapatkan pembekalan materi, Di antaranya kepariwisataan. Budaya, public speaking, personal branding, digital marketing, ekonomi kreatif, etika, dan beauty class untuk mojang serta beladiri untuk Jajaka,” tutup Agus Firman.

 

Sumber: Humas Pemkab Bandung