Obar, "Camat Harus di Tempat"

Penegasan itu dikatakan Obar usai melakukan inspeksi mendadak (sidak) kantin kejujuran di SMAN 1 Cileunyi Kab. Bandung, Rabu (12/3). Disebutkan Obar, beberapa wilayah mulai digenangi banjir kiriman.

Meskipun demikian, saya perintahkan kepada camat diam di tempat, jangan meninggalkan wilayah kerjanya dan selalu meningkatkan koordinasi.

Dijelaskannya, daerah yang kini sudah kebanjiran umumnya daerah-daerah yang berada di dataran rendah dan berada dekat bibir Sungai Citarum.

Pemerintah daerah sendiri, lanjutnya, terus mengantisipasi dengan menggiatkan penghijauan.Gerakan penghijauan telah kita sepakati dengan 5 Badan Usaha Milik Negara, yaitu PTPN, Perhutani, Tirta Jasa, Pupuk Kujang, dan Sanghyang Sri, semua sepaham untuk melakukan tindakan mengembalikan kondisi hutan yang dinilai rusak.

Dalam kesepakatan tersebut masing-masing memiliki wilayah binaan seluas 1150 hektar di empat kecamatan. Pada empat kecamatan dan 8 desa tersebut terdapat hutan rakyat yang dapat dikelola warga dan nantinya dimanfaatkan, selain juga untuk mengembalikan kondisi hutan yang ada.

Diungkapkan Obar, berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah (RTRW) Kab. Bandung, pembangunan kota baru Tegalluar juga sebagai salah satu langkah mengantisipasi banjir di Kabupaten Bandung.Sesuai perubahan RTRW, pembangunan kota baru Tegalluar juga dimaksudkan untuk mengurangi dampak banjir yang mungkin terjadi di wilayah Kabupaten Bandung.

Selain itu, langkah-langkah lain adalah dengan melakukan normalisasi serta adanya pompa-pompa penyedot di daerah rawan banjir.Normalisasi yang sedang dilakukan diharapkan akan mampu untuk mengurangi risiko banjir, upaya-upaya tersebut adalah langkah yang terus kita lakukan.

Selain itu, katanya, untuk mengantisipasi banjir, segala peralatan juga telah disiapkan dan diberikan kepada daerah yang dinilai rawan. Untuk itu camat dan satuan terkait lainnya selalu waspada, cepat antisipasi jika sesuatu terjadi di lapangan,  tegas Obar seraya mengatakan, hingga saat ini pemkab belum perlu memberikan bantuan karena tidak terjadi banjir yang menyebabkan pengungsian.

Sedikitnya 234 warga korban banjir yang berasal dari RW 20 Kel. Baleendah dan RW 07 Kel. Andir, Kec. Baleendah, Kab. Bandung, mendapatkan pengobatan gratis dari petugas Puskesmas Baleendah, Rabu (12/3).

Warga yang mendapatkan pengobatan gratis tersebut, merasakan gejala kesehatan pascabanjir yang merendam kedua daerah tersebut dua hari kemarin. Namun dari hasil pemeriksaan terhadap warga korban banjir tersebut, tidak ditemukan adanya penyakit yang cukyup berat karena warga hanya mengalami, pusing-pusing, pegal-pegal, leuncangeun, dan inspeksi pernapasan.

Berdasarkan pemantauan lapangan, kemarin, tampak mobil pusksmas keliling. Mobil itu disertai petugas Puskesmas Baleendah yang terdiri atas dua orang dokter dan seorang staf mendatangi warga korban banjir di RW 20 Kel. Baleendah sekira pukul 09.00 WIB. Kedatangan petugas puskesmas tersebut, disambut antusias warga yang berdatangan untuk memeriksakan kesehatannya.

Setelah memeriksa sekitar 134 warga RW 20 Kel. Baleendah pada pukul 12.00 WIB, petugas puskesmas kemudian menuju ke RT 07 Kel. Andir. Sekitar 100 warga memanfaatkannya dengan mendatangi Aula Kelurahan Andir untuk memeriksakan kesehatannya.

Menurut Kepala Puskesmas Baleendah, dr. Evi Rufaida, gejala yang dialami warga korban banjir di RW 20 Kel. Baleendah dan RW 07 Kel. Andir masih tergolong ringan, meliputi pusing-pusing, gatal-gatal, leuncangeun, dan inspeksi pernapasan.

Lurah Andir, Usman, seusai melakukan pemeriksaan di Aula Kel. Andir, Rabu (12/3) mengatakan bahwa Tidak ada gejala berat yang dialami warga korban banjir, Berdasarkan hasil pemeriksaan, lanjutnya, tensi darah warga yang memeriksakannya cukup baik. Namun gejala yang dialami warga kemungkinan besar disebabkan warga kurang beristirahat karena rumahnya terendam banjir.

Tensi darahnya cukup bagus. Mungkin warga selama dua hari ini tidak bisa atau kurang tidur karena setelah beres-beres, banjir datang lagi. Untuk itu, kami pun langsung memberikan obat yang sesuai dengan gejala yang dialami.

Pemeriksaan yang dilakukan di dua tempat tersebut, lanjutnya, tidak ditemukan adanya warga yang mengalami diare. Biasanya, dampak diare akan dirasakan setelah beberapa hari banjir terjadi.

Pemeriksaan gratis yang dilakukan Puskesmas Baleendah, lanjutnya, biasa dilakukan setelah terjadinya banjir. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penyakit yang dialami warga. Karena jika dibiarkan, bukan tidak mungkin akan terjadi hal yang tidak diinginkan.

Pemeriksaan ini merupakan penanggulangan bagi warga korban banjir yang mengalami gejala kesehatan setelah dilanda banjir.

Setelah melakukan pemeriksaan di dua tempat tersebut, rencananya hari ini petugas Puskesmas Baleendah akan memeriksa korban banjir di RW 09 dan RW 13 Kel. Andir yang merupakan daerah paling parah terendam banjir. 

Sumber : Harian Umum Galamedia, Edisi Kamis, 13 Maret 2008