Menakar Kejujuran di Kantin Sekolah

    Tidak, penjaga kantin tidak sedang berhalangan atau sakit. Kantin di SMAN 1 Ciparay di Desa Pakutandang, Kec. Ciparay, Kab. Bandung itu memang tak memiliki penjaga. Hanya kejujuran pembelilah yang memegang peran dalam kegiatan operasional kantin tersebut sehari-hari. Rugikah? Tentu saja tidak, selama kejujuran dapat ditegakkan oleh para pembeli. Konsep yang sangat sederhana, namun mungkin akan sangat sulit dalam pelaksanaannya.

    Kantin di SMAN 1 Ciparay itu dinamai Kantin Kejujuran. Sekilas, kantin ini tak ubahnya kebanyakan kantin lainnya. Pembedanya hanya dalam pola pembayaran yang menitikberatkan pada kesadaran pembeli. Kantin Kejujuran yang diresmikan langsung oleh Bupati Bandung Obar Sobarna, Selasa (15/1) itu merupakan metode baru yang rencananya akan diterapkan di seluruh sekolah di Kab. Bandung. Meski bukan yang pertama di Indonesia, boleh jadi Kantin Kejujuran ini merupakan yang pertama di Jawa Barat.

    Kantin Kejujuran ini juga menjadi ajang pembelajaran bagi generasi muda tentang pentingnya kejujuran terhadap diri sendiri, lingkungan, hingga bangsa dan negara. Ia berharap, tak akan ada lagi praktik darmaji alias dahar lima ngaku hiji (makan lima tetapi mengaku satu) dalam kehidupan sehari-hari. Jika praktik kejujuran ini mulai dapat diterapkan pada pelajar, maka diharapkan mereka akan menjadi penerus bangsa yang jujur untuk memajukan bangsa ini.

    Kantin Kejujuran dapat merefleksikan tabiat para siswa yang ada di sekolah itu. Jika kantin tak bertahan lama karena bangkrut, maka hampir dipastikan para siswa di sekolah itu tak lagi berlaku jujur. Sebaliknya, kantin akan semakin maju saat semua siswa memegang tinggi asas kejujuran dalam kesehariannya.

    Kantin Kejujuran itu digagas Pemkab Bandung, Kejaksaan Negeri Bandung, dan Karang Taruna. Tak tanggung-tanggung, Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Eko Soesamto Tjiptadi turut hadir dalam peresmian kantin tersebut. Hadir pula Ketua Karang Taruna Pusat, Doddy Susanto.

    Saya yakin, jika satu sen saja uang dari kantin tersebut diselewengkan maka umur kantin ini tak akan lebih dari tiga bulan. Menurut dia, kantin tersebut merupakan media praktik pendidikan kejujuran bagi siswa sekolah. Siswa akan dihadapkan pada dua pilihan, apakah ingin menerapkan kejujuran hati nuraninya atau tidak.

    Kita seharusnya malu, Indonesia adalah negara terkorup kedua di Asia tahun ini. Ironisnya, negara ini memiliki sekitar 622.000 bangunan masjid dan paling banyak kegiatan khotbahnya, yang disambut dengan riuhnya suara hadirin. Ia yakin, pemberantasan korupsi tidak akan berhasil selama tak ada peran serta seluruh masyarakat, termasuk siswa sebagai generasi penerus bangsa. Apabila kejujuran sudah diterapkan sejak dini, diharapkan akan dapat menyukseskan pemberantasan korupsi pada masa yang akan datang.

    Acara pembukaan Kantin Kejujuran ini diikuti perwakilan SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah se-Kab. Bandung. Pada tahap selanjutnya, program ini akan diterapkan di seluruh SLTA di Kab. Bandung. Pada kesempatan yang sama, Bupati Bandung memberikan dana stimulan bagi beberapa SLTA untuk menerapkan sistem Kantin Kejujuran tersebut. Mungkin sudah saatnya para pejabat penting negara ini bercermin pada siswa SMAN 1 Ciparay. Jika anak sekolah saja bisa berbuat jujur, mengapa masih banyak pejabat yang korup?

 

Sumber : Harian Umum Pikiran Rakyat, Rabu 16 Januari 2008