Maknai Hari Jadi Dengan Pengabdian, Bukan Kemeriahan Semata

Setiap menjelang peringatan Hari Jadi Kabupaten Bandung, kegiatan kunjungan (sowan) ke Mantan-mantan Bupati Bandung sudah menjadi agenda rutin tahunan para petinggi Kabupaten Bandung.
  
 "Agenda ini merupakan ajang silaturahim dan cara penghormatan kami terhadap jasa-jasa mereka dalam masa kepemimpinannya", ucap Bupati Bandung H.Dadang M Naser saat sowan ke rumah kediaman Bupati Bandung Periode 1980-1985 Kol.R.Sani Lupias Abdurachman di di Jl.Hegarmanah Kota Bandung, Rabu (10/04).

Kegiatan sowan diawali ke rumah kediaman Sani Lupias Abdurachman kemudian berlanjut ke rumah kediaman Bupati Bandung Periode 1969-1980, RH Lily Sumantri di Jalan Progo Kota Bandung dan terakhir di rumah kediaman  Bupati Bandung Periode 2000-2010, Kol.H.Obar Sobarna SIP di Komplek Rajamantri Buahbatu Bandung.

Bupati Dadang Naser menjelaskan sebelumnya, Ia dan jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Bandung melaksanakan ziarah ke makam leluhur, taman makam pahlawan dan makam mantan-mantan bupati bandung. “Dan sekarang kita lanjutkan dengan sowan untuk bersilaturahmi, sekaligus mengundang mereka untuk dapat hadir di acara Hari Jadi ke-378 Kabupaten Bandung yang akan berlangsung Sabtu (20/04) di Lapangan Upakarti Soreang nanti,” ucap bupati.

Bupati mengatakan dalam tiga tahun terakhir,  biasanya Ia melakukan sowan pada lima mantan bupati bandung. Namun pada Desember 2016, Bupati Bandung Periode 1990-2000, Kol.Hatta U Djatipermana wafat dan beberapa pekan lalu, Kamis (28/03), Cherman Effendi juga wafat karena sakit, maka tahun ini pihaknya hanya bisa sowan ke tiga tempat.

“Tahun ini kita kehilangan sosok tokoh lagi, Pa Cherman Effendi. Tapi kita akan tetap mengenang jasa-jasanya. Dalam kesempatan sowan ini, kami beserta jajaran memanfaatkan moment ini untuk berdialog tentang Kabupaten Bandung. Mengingat perjuangan mereka, tentunya Saya selaku penerusnya wajib melanjutkan penataan dan pembangunan Kabupaten Bandung untuk bisa lebih baik lagi,”tegas Bupati Dadang Naser.

Dissela kegiatan itu, Dadang menyebutkan bahwa setiap bupati memiliki prestasinya masing masing.   Banyak gagasan dan prakarsa mereka saat melakukan proses pembangunan di Kabupaten Bandung. Sebut saja Lily Sumantri, mantan bupati berusia 91 tersebut bersama, Hatta Djatipermana dan Cherman Effendi,  pada masa-masa kepemimpinannya menjadi penggagas pemindahan ibukota Kabupaten Bandung ke Kecamatan Soreang.

Pemindahan ibukota itu sendiri, kata Dadang terjadi pada masa kepemimpinan Cherman Effendi di tahun pertama Cherman menjabat sebagai Bupati Bandung. Cherman menerima perintah dari Menteri Dalam Negeri, Rudini  melalui PP No. 2 Tahun 1986  yang isinya tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Bandung ke Soreang. Ketika itu rencana Ibukota di Kecamatan Baleendah. Namun karena pertimbangan geografis, maka ibukota ditetapkan di Kecamatan Soreang.

Menurut Kang DN, sapaan akrab orang nomor satu di Kabupaten Bandung tersebut, sebelum pemindahan ke Soreang,  pada masa kepemimpinan Lily, memindahkan ibukota Kabupaten Bandung dari Karapyak (Dayeuhkolot) ke Dalem Kaum. Karena saat itu  Karapyak banjir selama enam bulan, disitulah kemudian digagas untuk dipindahkan ke Dalem Kaum (Balonggede).

Jadi jika melihat sejarah, tambah Kang DN, bahwa banjir itu sudah lama. Pihaknya selaku pemerintah terus berupaya menata dan melakukan berbagai langkah untuk bisa menangani persoalan banjir ini, mulai dari pembuatan kolam retensi, pembangunan curug jompong dan didukung oleh program-program pemerintah daerah yang berbasis lingkungan seperti Bulan Menanam. 

“Kita lakukan secara konfrehensif, Saya bersama gubernur sebagai Dansatgas Program Citarum Harum, berusaha menata hulu agar tidak terjadi sedimentasi dan mengedukasi rakyat juga untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dengan harapan dapat mengurangi banjir," ujarnya.

Dari kegiatan sowan ini, imbuh Kang DN, dirinya mendapatkan beberapa pesan untuk selalu jaga persatuan dan kesatuan. Apalagi dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi sekitar 3,7 juta jiwa, dinamika sosial yang dihadapi pun sangat kompleks dan dinamis, diperlukan kebersamaan untuk menghadapinya. 

“Dalam dinamika pembangunan, perbedaan pendapat pasti ada. Terpenting, kita saling menghormati, Sabilulungan, silih asah, silih asih dan silih asuh. Pada persoalan banjir, kita terbuka dengan kritik dan saran. Namun perlu diketahui bahwa pemerintah  tetap berupaya mencari solusi terbaik untuk bisa menuntaskan masalah banjir ini. Di usia Kabupaten Bandung yang ke-378 ini mari kita maknai hari jadi  sebagai bentuk pengabdian bukan kemeriahan semata. Kita kuatkan gerakan sosial untuk membantu para sesama yang sedang membutuhkan," harapnya pula.
 
Sumber : Humas dan Protokol Setda Kabupaten Bandung