Luapan Citarum Rendam Ribuan Rumah di 7 Desa

 

      Di Desa Sukamantri, sedikitnya 875 rumah yang tersebar di enam RW diterjang banjir, akibat luapan Sungai Gandok (anak Sungai Citarum ) dengan ketinggian antara 1-1,5 meter. Di Desa Tanggulun, 982 rumah terendam air dengan ketinggian 1-2 meter.

    Di Kp. Cieunteung sedikitnya 450 rumah terendam air akibat meluapnya Sungai Citarum. Sedangkan di Desa Majalaya, Majakerta, Majasetra, dan Desa Sukamaju, sedikitnya 2.764 rumah yang dihuni 11.508 jiwa terendam banjir. Berdasarkan keterangan yang dihimpun, banjir yang terjadi dalam 12 hari terakhir di Desa Sukamantri, menyebabkan ratusan warga korban banjir menderita kerugian materi hingg Rp 1,5 miliar.

    Kalau hujan turun deras di hulu Sungai Citarum, air yang mengalir langsung meluap dan berbalik arah ke Sungai Gandok. Akibatnya sudah pasti, banjir langsung menggenangi ratusan rumah warga hingga setinggi rata-rata satu meter, ungkap Kepala Desa Sukamantri, H. Mochammad Yusup  di ruang kerjanya, Jalan Raya Sukamantri, kemarin.

    Meski banjir kerap menerjang rumah warga, tambah Yusup, namun mereka kurang mendapat perhatian dari instansi terkait. Padahal, saat kawasan Kec. Ibun dan Majalaya kebanjiran, desa ini juga tidak luput dari genangan air.

    Kendati demikian ia mengakui ada bantuan dari Pemkab Bandung berupa beras dan mi instan yang sempat didistribusikan kepada warga korban banjir. Selain itu, pihaknya juga sudah memberikan pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis kepada warga yang menderita gatal-gatal, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), batuk, dan penyakit lainnya.

    Ditemui secara terpisah, Kepala Desa Tanggulun, Dudu Kosasih mengatakan, 21 rumah rusak berat dan ambruk. Yang rusak berat mencapai delapan rumah, sedangkan sisanya rusak ringan. Hingga saat ini, ujarnya, rumah warga yang rusak berat maupun ambruk belum mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat. Kami akan mengajukan bantuan untuk rumah yang rusak berat ke Pemkab Bandung .

    Rumah dalam kondisi rusak berat itu di antaranya milik Endang Diana (58) dan Jojo (47), warga Kp. Leuwinanggung RT 02/RW 05 Desa Tanggulun. Selama banjir, kami belum menerima bantuan. Kalaupun ada baru sebatas beras. Ia berharap pemerintah segera memperhatikan warga korban banjir, terutama anak-anak sekolah. Menurutnya, sejak banjir terjadi, banyak anak yang tidak sekolah karena peralatan sekolahnya kebanjiran.

    Sementara itu, banjir yang menyergap 4 desa di Kec. Majalaya, selain menyebabkan ribuan rumah terendam, juga mengakibatkan lebih dari 15 SDN di Majalaya ikut terendam. Ribuan rumah itu tersebar di 21 RW dan 107 RT. Sementara kerugian materi masih dalam penghitungan aparat desa masing-masing, kata Sekretaris Kec. Majalaya, Lili Sadeli, S.Pd. di ruang kerjanya.

    Menurut Lili, akibat banjir yang terjadi Minggu pukul 20.00 WIB hingga Senin pukul 03.00 WIB itu, kawasan Kota Majalaya yang sudah dibersihkan dari endapan lumpur kembali tertutup lumpur hingga ketinggian 30-40 cm. Untuk mempermudah kendaraan yang lewat, jajaran muspika setempat dibantu tim relawan dan warga berusaha membersihkan kembali ruas jalan tersebut dari endapan lumpur.

    Dalam kondisi terus terancam banjir, tambahnya, pihaknya tetap menyiagakan pos kesehatan di empat titik di lokasi banjir. Di antaranya di Kp. Kondang, Desa Majalaya, dan di belakang Desa Majasetra, Majakerta, dan di tempat lainnya.

    Kami juga sudah menyalurkan empat unit torn beserta untuk penampungan air bersih bagi warga korban banjir. Dibantu satu unit mobil pengolahan air bersih, katanya sambil menambahkan, bantuan peralatan air bersih itu masih kurang, sebab idealnya dibutuhkan minimal 12 unit tempat penampungan air.

    Bencana banjir yang kerap menerjang kawasan Majalaya, membuat SDN Majalaya III, IV, VI, dan VII diliburkan dari kegiatan belajar mengajar (KBM). Sebab, ruang belajar para siswa yang mencapai lebih dari 800 siswa itu kebanjiran dan tertutup lumpur, ungkap Kepala SDN Majalaya VII, Asep Suparna.

    Menurutnya, untuk mengantisipasi banjir, ia bersama pengurus sekolah akan memindahkan lokasi belajar ke sekolah lain yang bebas dari banjir. Selama ini para siswa belajar di rumah, sambil diberi tugas oleh para gurunya masing-masing.

    Di Kp. Cieunteung dan Kp. Andir, Kec. Baleendah, Kab. Bandung, sedikitnya 450 rumah kembali terendam banjir akibat meluapnya Sungai Citarum, Minggu (23) sekitar pukul 22.00 WIB. Banjir yang meluas dibandingkan banjir sebelumnya ini, membuat SDN Mekarsari Cieunteung diliburkan.

    Hingga kemarin, meskipun di wilayah Kp. Andir air sudah mulai surut, di RW 20 Kp. Cieunteung ketinggian air masih setinggi pinggang orang dewasa. Kondisi ini akan terus berlanjut bila hujan kembali turun. Menurut Ahmad (38), warga Cieunteung, air mulai masuk ke wilayah mereka pada Minggu malam seiring turunnya hujan. Hujan yang terjadi Minggu malam dan merata, membuat permukaan air Sungai Citarum naik dan akhirnya menggenangi permukiman warga.

    Rumah-rumah warga yang sebelumnya sudah dibersihkan, kembali tergenang air. Melihat itu, warga hanya bisa pasrah. Harus bagaimana lagi karena memang kami berada paling dekat dengan Citarum. Kalau meluap seperti ini, tak bisa apa-apa lagi. Warga hanya berharap pemerintah tidak membiarkan mereka begitu saja. Kami hanya berharap suplai air bersih dan pelayanan kesehatan jangan sampai terabaikan.

    Dihubungi secara terpisah, Camat Baleendah, Ruli Handiana mengatakan, banjir yang terjadi di Cieunteung lebih dari biasanya. Ada beberapa warga yang tetap diam dan mengungsi ke masjid terdekat, ada pula yang ngungsi di gedung PDIP.

    Menurut Ruli, pihaknya sudah mengantisipasi segala keperluan yang dibutuhkan bila kemudian terjadi banjir yang lebih hebat lagi. Ada lima titik pengungsian yang disiapkan, selain juga penyediaan air bersih dan layanan kesehatan. Selain itu, koordinasi dengan pihak-pihak lain diintensifkan, dan telah disiapkan berbagai sarana pendukung seperti perahu maupun persiapan untuk dapur umum.

    Lurah Andir, Kosasih mengatakan, pada Senin banjir mulai surut. Kami berharap ke depan tidak lagi banjir. Kalaupun saat ini masih ada sisa air yang menggenangi rumah warga, itu merupakan air sisa dan sulit mengalir. Termasuk air yang masih menggenangi rumah warga yang berada di pinggir bantaran Sungai Cisangkuy. Ia mengatakan, rumah yang terendam banjir di Kel. Andir mencapai 150 unit dengan ketinggian air antara 30-60 cm.

 

Sumber : Harian Umum Galamedia, Selasa 25 November 2008