Kabupaten Bandung Sabet 3 Penghargaan KKSI- 10 tahun 2018

Bupati : “Kopi jenis arabika kita, spesialisasi yang unik dan menyehatkan”

 

 

Kabupaten Bandung kembali berprestasi dalam Kontes Kopi Spesialti Indonesia (KKSI) ke 10 tahun 2018  di Sleman Yogyakarta, Jumat (19/10/2018), dengan menyabet 3  penghargaan sekaligus untuk  kategori arabica natural. 

 

Acara yang digelar Asosiasi eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember,  menggagas event bernama “The Best Indonesia Coffee (BIC)”. Dengan tema “Bangga Kopi Indonesia, AEKI Peduli Petani Kopi”, serangkaian acara juga dimeriahkan BIC KKSI ke 10 cupping fun copetition, roasting class, workshop, lelang kopi dan fieldtrip ke kebun kopi.

 

Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH,S.Ip.,M.Ip mengatakan, kopi arabica asal Kabupaten Bandung memang dikenal dengn keunggulannya, bahkan bersama Puslitkoka, pemerintah bekerjasama mengembangkan jenis kopi arabica di beberapa kebun kopi.

 

“Kemitraan Pemerintah Kabupaten Bandung dalam hal ini eksplorasi dan pengembangan kopi arabika. Daerah kita merupakan sentra utama penghasil kopi arabika di Jawa Barat,  sebetulnya ini didukung dengan harga arabika yang cukup menarik dan baik dari Pemerintah  Provinsi maupun Kabupaten  punya keinginan kuat,  untuk mengembalikan kejayaan kopi Preanger kembali pada masa kejayaannya,” ungkap Bupati.

 

Bupati menyampaikan, bahwa kopi asal Kabupaten Bandung itu tersebar di beberapa wilayah, seperti di Pangalengan (Malabar), Ciwidey, Pasirjambu dan Cilengkrang. Artinya, sebagai penghasil kopi terbaik kelas dunia ini menjadi peluang ekonomi yang menjanjikan, namun tantangan lainpun harus dihadapi bersama.

 

“Produksi kopi di kita sangat berlimpah dan punya  kualitas terbaik internasional. Hal itu tentunya menjadi peluang ekonomi yang baik bagi masyarakat. Selain sebaran luas lahan kebun kopi yang mencapai 10 ribu hektar lebih, tanaman kopi di Kabupaten Bandung  juga  dikembangkan dalam mendukung program Citarum Harum,” imbuhnya.

 

Kerjasama kemitraan  Pemkab Bandung dengan Puslitkoka ujar Bupati, diawali dari ditemukannya jenis kopi yang diunggulkan. Kopi Bandung ini punya spesialisasi yang unik, menyehatkan, apalagi kata Bupati  peluang untuk produksi kopi dari tahun ke tahun terus meningkat.

 

“Saya harap, prestasi ini bisa ikut mendongkrak eksistensi para petani supaya bisa maju, mandiri dan punya daya saing dengan petani di daerah lainnya. Bukan hanya jadi juara, tapi dari segi pemasaran dan minat ekonomi masyarakat juga ikut meningkat,” harap Bupati.

 

Ketua Aeki Pranoto Soenarto menyebutkan, 3 penghargaan KKSI ke 10 untuk kategori arabica natural, diborong oleh petani asal Kabupaten Bandung.

 

“Selamat kepada para pemenang kategori natural arabica. Juara 1 diraih Preanger Pont milik Setra Yuhana, dengan kopi asal Gunung Tilu, Fauzan Din Yamin sebagai juara ke 2 dengan kopi Gunung Puntang dan  Epicurean David Irawan Adiguna sebagai juara 3 dengan kopi Wanoja, yang seluruhnya berasal dari Kabupaten  Bandung,” paparnya.

 

Dia menjelaskan KKSI ke 10 tersebut pertama kali diselenggarakan tahun 2008, dengan tujuan melakukan inventarisasi karakteristik mutu fisik dan citarasa kopi spesialti dari seluruh Indonesia. Selain itu lanjutnya, KKSI terus menjadi agenda rutin untuk memilih kopi spesialti dari seluruh Indonesia,  untuk  mendukung  pemantapan  dan pengembangan  produksi kopi spesialti di Indonesia untuk pasar ekspor dan pasar domestik. 

 

“Dengan acara ini, diharapkan bisa mendorong lahirnya kopi-kopi yang berkualitas dan bercitarasa baik, agar kopi-kopi spesialti di Indonesia dapat terus mempertahankan  citarasanya serta  mndorong peningkatan nilai jual kopi Indonesia khususnya kopi-kopi yang berkualitas baik yang  dihasilkan di Indonesia,” imbuh Pranoto.

 

Pada event KKSI ke 10 lanjutnya, tercatat 367 sampel kopi dari seluruh Indonesia dinilai dan angka tersebut menjadi record tertinggi dari penilaian KKSI sejak pertama di tahun 2008.  Dari angka tersebut, terpilih sebagai finalis 30 kopi terbaik Indonesia yang masuk seleksi oleh Puslitkoka.

 

“Hanya 30 kopi terbaik saja yang masuk seleksi dengan 3 kategoti, yakni natural arabica, robusta dan arabica natural. Untuk nilai tertinggi telah melalui proses cupping oleh team Cuppers Puslitkoka,” ucapnya.

 

Pada kesempatan itu, para dewan juri berasal dari beberapa negara selain Pranoto Soenarto, hadir juga  Judith Ganes dari Amerika Serikat, Mirella Cillek dari Jerman, Paul Wilhem dari Belanda, Som Kuan dari Thailand dan beberapa dewan juri dari Indonesia seperti Moelyono Soesilo, Ir. Yusianto, Saidul Alam, Cahya Ismadi, Dwi Nugroho, Karjo Matajat dan Andy Darmawan.

 

Sumber : Humas Pemkab Bandung