Kabupaten Bandung Miliki 155 Komunitas Pegiat Lingkungan

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung, akan menggelar Sarasehan Sabilulungan Pegiat Lingkungan. Kegiatan tersebut rencananya akan dilaksanakan pada minggu pertama bulan April 2019. Hal itu disampaikan Kepala DLH Kabupaten Bandung Asep Kusumah dalam acara Rapat Persiapan yang diadakan di Bale Sawala Soreang, Senin (18/3/2019).

Dalam rapat tersebut, diundang lebih dari 155 komunitas pegiat lingkungan se Kabupaten Bandung. Kepala DLH mengatakan, masing-masing komunitas telah berkiprah dan memiliki rekam jejak yang cukup panjang.

“Dari hasil pemetaan dan fakta, bahwa Kabupaten Bandung memiliki sumber daya pegiat lingkungan yang luar biasa. Kami juga menghadirkan empat orang tokoh inspirator, untuk melihat apa sebenarnya kekurangan dari potensi 155 komunitas yang sudah ada ini,” ucap Kepala DLH.

Asep Kusumah menjelaskan, rapat persiapan tersebut dilakukan untuk meningkatkan peran serta para pegiat lingkungan, baik dalam upaya perlindungan maupun pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Bandung.

“Persoalannya adalah, bagaimana menyatukan semua kekuatan, inisiatif dan partisipasi yang sudah ada di Kabupaten Bandung. Sehingga semua orang mendapatkan informasi, motivasi dan inspirasi agar tergerak untuk berbuat sesuatu terhadap lingkungan,” urai Asep Kusumah.

Ketika berbicara mengenai masalah lingkungan atau sampah, pada umumnya masyarakat hampir merasa tidak berdaya. Padahal sebenarnya, menurut Asep, ada hal-hal yang bisa dilakukan secara individu.

“Gerakan Sajiwa (Sabilulungan Hiji Dua), satu orang menanam dua pohon, satu rumah membuat dua LCO/LRB (Lubang Cerdas Organik/Lubang Resapan Biopori). Ini seperti kecil manfaatnya, namun jika dilakukan bersama-sama secara masif akan menjadi kekuatan yang sangat dahsyat,” ujarnya pula.

LCO/LRB telah dikaji akan mampu menyelesaikan sebagian permasalahan banjir. Gerakan Sajiwa pun, menurutnya, akan berdampak luar biasa bagi lingkungan. Jika dilakukan secara masif oleh 3,7 juta penduduk Kabupaten Bandung, maka Sajiwa akan menghadirkan 7 juta pohon dan 7 juta LCO/LRB.

“Para pegiat lingkungan di Dayeuhkolot sudah mengkaji, LCO/LRB dapat mengendalikan banjir dikarenakan fungsi resapannya yang sangat besar. Ditambah lagi, jika 3,7 juta penduduk Kabupaten Bandung melakukan Gerakan Sajiwa, dampaknya tentu akan sangat luar biasa bagi lingkungan. Untuk itulah kami mengajak komunitas pegiat lingkungan ini, untuk mengedukasi secara masif kepada masyarakat,” tutur Asep.

Komunitas yang hadir antara lain komunitas pegiat lingkungan, komunitas pencinta alam perguruan Tinggi, komunitas pencinta alam/OSIS/Pramuka baik SMA maupun SMK, para fasilitator dan pendamping lokal Kampung Sabilulungan Bersih (Saber), badega (pelayan) lingkungan dan sebagainya.

Dalam rapat itu, pihaknya menghimpun 4 (empat) kelompok kecil Focus Group Discussion (FGD), yang mana akan menghasilkan beberapa rekomendasi dan informasi terkait inovasi yang sudah ada.

“Ada kelompok konservasi, pengelolaan sampah, pengelolaan sungai dan sumber daya air, serta inovasi program lingkungan. Jadi nanti mereka akan merumuskan komitmen dan rekomendasi, juga akan menginformasikan inovasi-inovasi yang sudah ada. Sehingga diharapkan bisa meyakinkan masyarakat, bahwa ternyata orang-orang baik di sekitar kita itu banyak. Ini kekuatan yang harus kita kampanyekan untuk menyelamatkan lingkungan,” pungkas dia.

Hadir selaku narasumber Eyang Memet (Ketua Yayasan Walatra) dengan materi konservasi, Wawan Gusnawan (Ketua GPSS RW 17 Jatiendah) dengan materi pengelolaan sampah, Deni Riswandani (Ketua Yayasan Elingan) dengan materi Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sungai, serta Fery Sapta (Pegiat Lingkungan Dayeuhkolot) dengan materi Gerakan Sejuta Biopori.

Sumber: Humas Pemkab Bandung.