Jambore Tingkatkan Wasbang Pelajar, Cinta Tanah Air dan Kampanyekan Stop Kekerasan pada Anak dan Perempuan

Di era digital saat ini, arus informasi semakin tak terkendali dan bisa diakses semua kalangan, tak terkecuali para pelajar. Pelajar sebagai generasi harapan bangsa di masa depan, perlu memiliki pemahaman cinta tanah air untuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Bupati Bandung H. Dadang M.Naser, SH.,M.Ip gelorakan cinta tanah air melalui jambore wawasan kebangsaan, yang digelar Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) di Kp. Strobery Kecamatan Ciwidey, selama 3 hari yakni senin (13/3) hingga rabu (15/3).

“Melalui jambore ini, mari tingkatkan persatuan dan kesatuan bangsa. Pelajar itu penerus bangsa, harus cinta tanah air dan bela negara, caranya minimal menjadi pelajar berprestasi” ucap Bupati usai pembukaan acara di Ciwidey.

Dari 150 orang peserta hari ini kata bupati, jambore diharapkan bisa mencetak kader pelajar dan remaja berjiwa nusantara. Dia harus bisa meningkatkan dan mengamalkan nilai luhur pancasila, serta membela negaranya.

“150 orang pelajar SMA/ pesantren terpilih dari 27 sekolah ini, harus bisa menjadi kader di masa depan dengan cara berprestasi disekolahnya, dan mengamalkan nilai-nilai pancasila sebagai dasar negara kita,” imbuhnya.

Sementara Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Hj.Kurnia Agustina Dadang M Naser mengungkapkan, saat ini kekerasan banyak dilakukan dikalangan pelajar.

Nia yang juga selaku narasumber pada jambore tersebut mengingatkan kepada semua pelajar dan pemuda untuk lebih peka dan peduli terhadap tindak kekerasan yang terjadi.

Untuk kurun waktu 2016 sampai saat ini tuturnya, telah terjadi 151 kasus kekerasan, yang keterlibatan korban dan pelakunya adalah anak usia dibawah 18 tahun. Dari roadshow 7 daerah yang dilakukan oleh P2TP2A beberapa waktu lalu, Nia menghimbau pada pelajar, orang tua dan seluruh pihak agar rapatkan barisan untuk mengeliminir tindak kekerasan dimanapun terjadi, juga tahu kemana harus melapor.

“Dengan menghadirkan anak berhubungan dengan hukum (ABH) sebagai testimoni pada jambore ini, para peserta bisa secara langsung menilai efek negatif yang ditimbulkan, diskusi interaktif serta melakukan penilaian individu ,” pungkas Nia.

Nia menuturkan, saat ini upaya yang dilakukan P2 TP2A sudah sangat komprehensif. Menurutnya, pelayanan mulai dari pendampingan psikologis berupa konseling, integrasi sosial dan psokososial, pendampingan medis korban dalam bentuk layanan visum dan pemulihan medis juga bantuan hukum berupa pendampingan litigasi dan non litigasi sudah dilakukan, termasuk penyediaan rumah singgah bagi para korban.

“Upaya P2TP2A sudah sangat komprehensif dalam penanganan korban salah satunya dengan integrasi berbagai pihak berikut penyediaan rumah singgah yang kita sebut shelter,” tutupnya.

Press Release Kominfo Setda.