Gapoktan Lestari Integrasikan Lahan Padi dengan Ternak

    Sehingga, dengan adanya penyempitan lahan pertanian itu, perlu dilakukan upaya dengan cara meningkatkan hasil produksi pertanian ke arah yang lebih baik, kata Hasanudin di sela-sela dialog dengan jajaran petugas pertanian dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Lestari di Desa Cibodas, Kec. Kutawaringin, Kab. Bandung, belum lama ini.

    Di tempat sama, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kab. Bandung, Ir. A. Tisna Umaran, M.P. didampingi Kepala Bidang Tanaman Pangan, Ir. Ina Dewi Kania, M.P. mengatakan, untuk mengimbangi sempitnya lahan pertanian itu, khususnya di Desa Cibodas yang mencapai 120 ha lahan pertanian padi, kelompok taninya kini membuat terobosan baru.

    Yaitu dengan cara mengusahakan lahan pertanian padi yang terintegrasi ternak. Artinya, kotoran ternak yang dirawat para petani itu, dijadikan pupuk kompos untuk menyuburkan lahan pertanian, guna meningkatkan hasil/produksi pertanian.

    Menurut Tisna, aktivitas yang dilakukan Gapoktan Lestari itu, yakni budi daya ternak sapi dibarengi pengolahan lahan pertanian padi hingga menjadi beras. Sebelum menjadi beras, gabah kering panen (GKP) yang dibeli Gapoktan dari para anggotanya itu antara Rp 2.600-2.800/kg. Harga pembelian itu, lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP), Rp 2.200/kg.

    Tisna mengatakan, tingginya harga gabah yang berasal di desa tersebut khususnya dan umumnya di Kab. Bandung, ternyata karena kualitas gabahnya lebih baik dibanding gabah asal pantura. Tingginya nilai gabah itu, karena adanya perlakuan khusus dari para petani. Sebelum menjual gabah, mereka terlebih dulu membersihkannya sehingga tingkat kotorannya lebih sedikit. Padahal, alat processing yang digunakan masih sederhana.

    Perlakuaan khusus itu, lanjutnya, memberikan nilai tambah dalam penjualan beras. Beras yang dihasilkan Gapoktan Lestari itu, bisa dipasarkan dengan harga antara Rp 4.500-Rp 5.000/kg.  Melihat perkembangan ekonomi yang seperti itu, Tisna menjelaskan, pertanian di Kab. Bandung sangat potensial dan mempunyai prospek sangat baik untuk dikembangkan secara komprehensif. Pola pengembangannya sendiri mengacu pada cluster-cluster pengembangan potensi pertanisan berdasarkan komoditas unggulan.

    Seperti pengembangan tanaman pangan, khususnya padi yang dikembangkan di Kab. Bandung sebagai sentra padi. Termasuk di Kab. Bandung juga, khususnya di Kec. Nagreg dan Cikancung sebagai sentra jagung.
 
 
 
Sumber : Harian Umum Galamedia, Jumat 16 Mei 2008