Disparbud Perkenalkan Pagelaran Seni Budaya Iwung Kalbu Pada Pelajar

Seni dan Budaya merupakan sebuah kekayaan identitas bangsa, juga menjadi asset yang harus dilestarikan. Melalui pagelaran Iwung Kalbu yang digagas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bandung, edukasi, tuntunan moral dan pengetahuan budaya sunda disampaikan kepada ratusan pelajar dalam acara Pagelaran Seni dan Budaya Sabilulungan “Iwung Kalbu” di Gedong Budaya Sabilulungan (GBS) Soreang, Jumat (28/9/2018).

Kepala Disparbud Drs. H. Agus Firman Zaini.,M.Si mengatakan, perkembangan zaman saat ini membuat para generasi muda kurang berminat mengenali budayana sendiri, maka dengan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan (DIsdik) Kabupaten Bandung, pihaknya menggagas acara seni dan budaya, sebagai upaya bersama memperkenalkan dan meniingkatkan ketertarikan generasi muda dalam melestarikan budaya Sunda.

“Kami bekerjasa sama dengan Disdik menghadirkan para pelajar, karena pagelaran ini bukan sekedar tontonan melainkan menjadi tuntunan, sebagai media informasi, pengetahuan dan ilmu tentang budaya yang kita miliki,” ucapnya disela acara.

Selain itu lanjutnya, dalam pagelaran dilibatkan para pemain pelajar yang membawakan langsung tentang sharing perjalanan seni budaya kabupaten Bandung kepada apresiator, yakni para pelajar.

Dirinya berharap agar para generasi muda tersebut paham tentang tutungkusan (kekayaan, harta, benda, nilai dan kearifan) dari kreativitas seni dan budaya yang dimiliki. “Betapa beragam dan kaya budaya urang Bandung Jawabarat khususnya dan budaya nusantara umumnya. Anak muda harus paham budaya sendiri, jangan mudah tergerus oleh zaman, tanpa enal identitas budaya sendiri,” imbuh Agus Firman.

Dirinya menyebutkan, filosofi Iwung Kalbu, berasal dari dua kata yang padat makna, Iwung atau rebung dari pohon bambu disimbolkan dari sirung yang digambarkan generasi penerus kita yang harus berkembang sehat, luhur cita cita dan budi pekertinya.

Sedangkan Kalbu tambahnya, adalah hati rasa karsa yang artinya diharapkan bahwa generasi muda akan terarah dan terbentuk kalbunya/hatinya untuk menjadi manusia penerus yang punya hati dan kepedulian tinggi pada seni budaya kita.

“Hanya pada generasi peneruslah harapan masa depan seni budaya kita. Sedianya mari kita wujudkan Iwung Kalbu untuk generasi kita melalui pagelaran yangg bermuatan pendidikan informasi tentang seni budaya kita,” ajaknya kepada seluruh masyarakat Kabupaten Bandung.

Sementara, menurut sang Sutradara Ega Robot Ethnic Percusion, pagelaran Iwung Kalbu mendominasikan budaya sunda dengan pertunjukan yang modern. Menurutnya, era milenial bisa disinergikan dengan kebudayaan dan seni, sehingga menjadi pertunjukan yang segar, kreatif dan menarik untuk ditonton.

“Kita paham Era milenial diera ini, kemjuan zaman bukan untuk diajak perang tapi untuk kita sinergikan. Bagaimana era milenial bisa menjadi teman dekat yang bisa dikolaborasikan dengan seni budaya, agar keberadaannya bisa semakin lekat digeneraai penerus bangsa kita,” ujarnya.

Dia mnyebutkan, pagelaran Iwung Kalbu didukung para pelaku-pelaku seni seperti Ega Robot Ethnic percussion, Sandrina IMB, Mr Jun dan ceu Popon, Sanggar seni ER Pamayang, Sisingaan robot grup, Team akrobat adem ayem dan Jojo multi media dan artistik.

“Pagelaran ini akan dikemas menjadi sebuah pagelaran edukasi yang mengandung sebuah alur cerita tentang pengetahuan setiap sajian pagelaran, penokohan kokolot akan menjadi benang merah pertunjukan ini,’ pungkasnya.