Bupati, ‘Segera Evaluasi Sekolah Yang Terindikasi LGBT’

Seperti halnya dua sisi mata pisau, teknologi memiliki dampak positif dan negatif bagi manusia. Pesatnya perkembangan IT dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan suatu hal. Akan tetapi, ada pula masyarakat yang menyalahgunakan teknologi, seperti terkuaknya komunitas Gay pada salah-satu media sosial (medos) dikalangan pelajar.

 

Menyikapi hal tersebut, Bupati Bandung H. Dadang M Naser, SH., S.Ip., M.Ip menginstruksikan seluruh jajarannya untuk memantau dan mengevaluasi sekolah-sekolah yang disinyalir terindikasi Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).

 

“Kami khawatir jika LGBT ini masuk dikalangan pelajar di Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, kami sudah menginstruksikan Disdik (Dinas Pendidikan) Kabupaten Bandung dan Polres Bandung untuk memantau akun medsos yang sedang ramai digunakan pelajar, serta segera mengevaluasi sekolah-sekolah yang dicurigai ada LGBT,” papar Bupati Bandung setelah menutup acara Lomba Tingkat (LT) I dan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) SMP IT An-ni’mah di Bumi Perkemahan Ranca Upas Ciwidey, Sabtu (13/10/2018).

 

Guna meminimalisir LGBT pada usia anak, lanjut Dadang, orangtua harus memberikan pengetahuan tentang agama kepada putra-putrinya.

 

“Bagaimanapun rumah adalah lembaga pendidikan pertama bagi anak-anak. Maka dari itu, orangtua harus membekali putra-putrinya dengan ajaran agama yang kuat. Jika anak-anak kita paham tentang agama, mereka bisa memilih mana orang-orang yang mengajak kepada kebaikan dan mana yang memiliki dampak negatif bagi hidupnya,” jelasnya.

 

Bupati juga mengimbau agar guru-guru, orangtua serta masyarakat untuk selalu berkoordinasi demi menciptakan generasi muda yang berkualitas.

 

 “Mari kita sama-sama mengawasi pergaulan putra-putri kita. Apabila menemukan komunitas atau grup yang dirasa janggal segera laporkan kepada pihak berwajib, agar kelak anak-anak kita menjadi generasi yang berkualitas,” tegas Dadang M Naser.

 

Sementar ditempat berbeda, kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Bandung Dr. H. Juhana, M.Mpd berpendapat gaya hidup serta ketidak tahuan anak menjadi penyebab utama adanya LGBT khususnya dikalangan anak muda.

 

“LGBT dapat dimaknai sebagai suatu penyimpangan prilaku sex yang keluar dari qodratnya. Penyebabnya bisa berupa faktor pranatal berupa potensi gen atau bawaan proposi hormon, kesalahan asuh dan mal adjusment. Selain itu, faktor ketidak tahuan atas norma agama, hukum, sosial dan pranata nilai-nilai lainnya sangat memungkinkan menjadi penyebab utama LGBT,” jelasnya.

 

Di Kabupaten Bandung, tambah Juhana, belum ada laporan indikasi LGBT di kalangan pelajar. Akan tetapi pihaknya akan selalu mensosialisasikan bahaya LGBT kapada guru, pengawas dan pembina siswa melalui kegiatan sekola seperti ekstrakulikuler keagamaan, olahraga, seni dan pramuka.

 

“Selain itu, kami akan meningkatkan peran fungsi guru BK dan pembina kesiswaan. Tidak hanya itu, kami juga bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, TP PKK (Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga), P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak), dan sejumlah LSM seperti Save The Children,” imbuhnya.

 

Senada dengan Bupati Bandung, Kadisdik juga meminta pihak sekola untuk terus meningkatkan pengawasaan terhadap siswa-siswi, serta menindaklanjuti gejala LGBT sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab sekolah.

 

“Permasalahan ini tidak hanya tanggung jawab sekolah saja, orangtua serta masyarakatpun dituntut untuk ikut mengawasi pergaulan anak-anak. Pemerintah juga harus bertindak tegas menolak forum LGBT, dan mengoptimalisasikan penanganan LGBT melalui rehabilitas, baik secara medis, psikologis dan sosial sehingga ereka bisa hidup sebagaimana layaknya,” tutup Juhana.

 

Sumber : Humas Pemkab Bandung