Bupati : “Sampah Jadi Berkah Dengan Maggot”

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung mulai memanfaatkan maggot (larva lalat/ belatung), yang berasal dari sampah organik sebagai campuran pakan hewan berprotein tinggi. Hal itu diungkapkan Bupati Bandung H. Dadang M. Naser SH,S.Ip.,M.Si disela acara panen ikan lele pakan maggot di kolam Taman Edukasi, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) di Soreang, Kamis (30/8/2018).

Dia mengatakan, sampah organik akan banyak bermanfaat bahkan bernilai ekonomi, jika dikelola dengan benar. Magot ini merupakan larva lalat yang akan berkembangbiak dengan cepat dengan memakan berbagai macam sampah organik. Jadi menurutnya, kalau maggot  bisa dikembangkan dengan serius, selain mengurangi timbulan sampah organik, maggot sangat bagus untuk pakan ternak hewan.

“Sampah itu bisa menjadi berkah dan bernilai ekonomi. Sampah bekas sayuran, buah, daging, atau sisa makan kita sehari-hari jangan dibuang begitu saja, tapi dipisahkan ke dalam LCO (Lubang Cerdas Organik). Dalam kurun waktu tertentu akan banyak lalat dan bertelur. Nah larvanya ini bisa menghancurkan sampah organic dengan cepat, magotnya bisa dikeringkan dan dicampur dengan dedak, itu bagus dan proteinnya bisa sampai 70%,” ungkapnya.

Lebih lanjut dirinya menyebutkan, pembudidayaan maggot melalui sampah organik adalah salah aktivitas DLH sebagai upaya pengelolaan lingkungan. Pemerintah terus menerus melakukan inovasi program, yang diharapkan bisa diikuti oleh masyarakat, termasuk memanfaatkan sampah.

“Ini salah satu percontohan dari aktivitas DLH, sebagai upaya pengelolaan lingkungan. Sampah organik dari kantin-kantin  yang ada di Pemkab ini diolah di DLH, agar lebih bermanfaat. Selain budidaya maggot untuk pakan hewan, sampah ini diolah juga dengan system biodigester yang menghasilkan gas metan dan dimanfaatkan para pengelola kantin, sedangkan sampah cairnya digunakan sebagai pupuk organik tanaman,” imbuh Bupati  Bandung.

Menanggapi hal itu, Kepala DLH Kabupaten Bandung Drs. Asep Kusumah.,M.Si menjelaskan, Taman Edukasi yang disediakan bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pengelolaan lingkungan yang baik. Terdapat beberapa alat peraga yang bisa langsung dimanfaatkan lanjutnya, seperti ATM sampah, toga (tanaman obat keluarga), tong sampah tematik, system biodigester, instalasi pemanen air hujan, saung kreatif, composer dan penampung air hujan.

“Untuk gas metan dari sampah organic yang diolah melalui system biodigester ini, sudah dimanfaatkan para pengelola kantin untuk memasak. Dari 70 kg sampah organic yang diolah, akan menghasilkan gas metan yang bertahan selama 3 hari, gas ini lebih ringan dari elpiji dan resiko ledakannya lebih kecil,” urainya.

Dia berharap, taman edukasi ini bisa dimanfaatkan oleh para pelajar, sebagai media pembelajaran observasi lapangan. Karena selain lebih objektif dengan melihat dan memperagakan alat edukasi yang tersedia, para siswa juga akan tergerak untuk mencoba mempraktikkannya di rumah.

Sumber : Humas Pemkab Bandung