Bermodal Oli Bekas, Aby Raih Omset Ratusan Juta Rupiah

Muhammad Aby Saut Marpaung, atau biasa disapa Aby, adalah Ketua Pos Pelayanan Teknologi (Posyantek) Desa Jatisari Kecamatan Cangkuang. Aby berinovasi dengan membuat kompor berbahan bakar kombinasi oli bekas dan air.

Berawal pada tahun 2017, Aby berupaya mencari bahan bakar alternatif selain gas. Ia berfikir, oli bekas mudah didapatkan, daripada dibuang dan mencemari lingkungan lebih baik dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif.

“Pada pada dasarnya oli adalah pelumas, bukan bahan bakar. Namun saya manfaatkan sebagai energi alternatif dikombinasikan dengan air. Setelah saya buat sistemnya, bahan bakar tersebut bisa mengeluarkan api bertekanan tinggi,” ucap Aby saat ditemui di bengkel kerjanya ‘Workshop Aksitech Mandiri’ di Desa Jatisari Kecamatan Cangkuang, Selasa (26/11/2019).

Setelah riset, mulai dari pembuatan, fungsi dan juga segi keamanannya, barulah pada tahun 2018 diproduksi dan dipasarkan. Kegunaan kompor buatannya cukup banyak, dari mulai memasak, alat pembakar sampah (incinerator), hingga memanggang (roasting) kopi.

“Kompornya sendiri berbahan dasar stainles. Selain kompor, di bengkel ini juga kami buat incinerator, oven dan alat roasting kopi. Selain pengusaha katering, sudah ada pandai besi dan pengrajin kaca yang menggunakan alat ini. Selain di Kabupaten Bandung, kami pasarkan ke kabupaten lainnya di Jawa Barat dan juga ke Kota Solo,” tutur Aby.

Bahkan ucap Aby, ada orang Australia yang sudah memesan  dan berharap alat tersebut bisa diproduksi di negaranya. Kompor yang ia buat intinya ada dua macam, yaitu kompor api vertikal dan horizontal.

“Penggunaan bahan bakarnya 1 banding 2. Artinya 1 liter oli berbanding 2 liter air. Dengan pancaran api maksimal, dapat menyala kurang lebih hingga 1 jam. Namun jika pancarannya sedang, bisa menyala lebih lama lagi. Intinya jika oli dan air habis, api pun padam,” terang ayah satu anak itu.

Untuk teknologi incinerator, ia menyebut alat buatannya hampir 100% tanpa polusi asap. Namun untuk bebas dari polusi udara, harus ditambah lagi satu alat yang membuat produksinya lebih mahal.

“Incinerator ini harganya 10 juta per unit. Kompornya sendiri tidak perlu terus menyala, karena setelah sampah masuk secara kontinyu, otomatis akan terbakar,” tambah dia.

Memasuki tahun 2019, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Berkah merangkul Aby untuk memproduksi kompor buatannya secara massal. “Perkembangan satu tahun ini luar biasa. Awal saya memproduksi, omsetnya kisaran 50 jutaan. Tahun ini, setelah bergabung dengan BUMDes, meningkat hingga ratusan juta rupiah. Saat ini alhamdulillah, saya sudah bisa memberdayakan sebanyak enam orang warga setempat,” kisah pria berlatar pendidikan seni ini.

Berkat inovasi itu, membuatnya meraih Juara II Teknologi Tepat Guna (TTG) di Bengkulu pada 19 November 2019 kemarin. Selain itu pula, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) Republik Indonesia (RI) melalui Kementerian Desa (Kemendes), mengundangnya untuk mengikuti pameran dan ekspos di tingkat Regional Asia Tenggara.

“Saya mengikuti pameran dan ekspos inovasi di Kota Davao Filipina pada tanggal 20 dan 21 November. Banyak peserta dari negara lain, namun kebanyakan berbasis aplikasi. Sedangkan dari panitia sendiri, mencari grass root (akar dasar) dari inovasi TTG,” sebutnya.

Panitia even tersebut, lanjut Aby, tengah mencari inovasi yang manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Dari Indonesia sendiri mengikutsertakan 5 peserta dari kategori umum dan 5 dari kategori pelajar.

“Satu hari demonstrasi produk dan satu hari presentasi. Alhamdulillah panitia sangat merespon para peserta Indonesia karena riil TTG. Antara lain timbangan bayi untuk posyandu, paving block berbahan dasar sampah plastik, timbangan ternak, penggaris multifungsi, listrik manual dan tangan mekanik untuk disabilitas. Kompor buatan saya, alhamdulillah meraih Juara II kategori umum,” tutup dia.

Bupati Bandung H. Dadang M. Naser sangat mendukung pemanfaatan BUMDes untuk kesejahteraan masyarakat setempat. “Apa yang dilakukan Posyantek dan BUMDes Jatisari, harus menjadi motivasi bagi desa-desa lainnya. Terutama dalam menurunkan angka kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan dan mengembangkan potensi sumber daya manusia yang ada,” imbuh Bupati Dadang Naser.

Ia juga mengimbau, agar perangkat daerah terkait dapat mendorong posyantek di tiap kecamatan, untuk memunculkan inovasi-inovasi yang pemanfaatannya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.

“Dorong posyantek memunculkan inovasi, tidak hanya untuk kegiatan lomba, namun manfaatnya harus bisa dirasakan langsung oleh warga setempat. Kolaborasi BUMDes dan posyantek, dapat memaksimalkan daya saing desa dan sangat mendukung program Raksa Desa, menuju desa maju dan mandiri,” pungkas bupati.

Sumber: Humas Pemkab Bandung