Berkah APD, Omset 20 Juta Per Hari

Pada masa wabah penyakit akibat virus corona (covid-19), sektor perekonomian di dunia terimbas dampak negatifnya, tidak terkecuali di Indonesia.

 

Namun bagi sebagian orang, kondisi tersebut menjadi peluang untuk mengembangkan usaha kreatif. Seperti halnya yang dilakukan sekumpulan anak muda asal Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

 

Saat covid-19 mewabah, di mana banyak sektor usaha terpukul, Ekki Veby Krismawan dan kawan-kawan justru mendapat berkah. Melihat adanya kelangkaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sangat dibutuhkan tim medis, mereka mencoba membuat APD dari bahan yang biasa dipakai untuk produksi usahanya, yaitu pembuatan alat-alat outdoor.

 

"Produksi APD awalnya hanya sedikit, tidak untuk dijual, dan kami berikan ke faskes (fasilitas kesehatan) yang waktu itu meminta dibuatkan. Awal membuat, langsung diujicoba oleh salah satu dokter di faskes itu. Bahannya bagus dan cocok, karena memang APD yang baik itu harus anti air dan angin. Model hazmat suit yang kami buat direvisi 3 sampai 4 kali sehingga benar-benar sesuai standar medis," ungkap Ekki di tempat usahanya di Desa Jatisari Kecamatan Cangkuang beberapa waktu lalu.

 

Kemudian, dia bersama tim IT nya mengiklankan produksi hazmat suit buatannya di medsos. Di luar dugaan, akun instagramnya itu dibanjiri pesanan. "Dalam 2 menit setelah diposting, langsung ada yang order sampai 12 lusin dan terus bertambah hingga saat ini. Kebutuhan hazmat suit di masing-masing daerah cukup variatif," beber Ekky.

 

Meski demikian usahanya sedikit terkendala dari pengadaan bahan baku. Hazmat suit saat ini sangat dibutuhkan, dan permintaan yang banyak membuat harga bahan baku ikut meningkat.

 

"Harga bahan baku lebih mahal dari biasanya. Alhamdulillah kami sudah bekerjasama dengan beberapa toko dan pabrik kain, untuk memastikan stok tetap tersedia," ucapnya pula.

 

Sejak 2015, pemuda berusia 26 tahun itu menggeluti produksi alat-alat outdoor, seperti tenda, hammock, sleeping bag, daypack, lazybed, bivak maupun flysheet. Saat pandemi melanda, karyawan Ekky mencapai kurang lebih 50 orang, karena dibutuhkan percepatan produksi hazmat suit, yang kapasitasnya mencapai 500 hingga 700 buah per hari.

 

"Untuk proses produksi, kami rekrut karyawan dari beberapa wilayah seperti Cangkuang, Katapang, Soreang dan Cimaung, mereka rata-rata berlatar belakang bisa menjahit pakaian. Sementara untuk pengepakan, kami melibatkan sanak saudara anak-anak sekolah di sini. Daripada tidak ada kegiatan lain selain belajar di rumah, kami ajak kerja di sini agar waktu tidak terbuang sia-sia," ujar anak pertama pasangan Yayan Sopian dan Carliah itu.

 

Kini Ekky cs memproduksi 3 model hazmat suit dengan 4 ukuran berbeda. Omset yang didapat dari hazmat suit dan juga alat outdoor buatannya mencapai Rp. 20 juta per hari.

 

"Untuk kualitas medium bahan spoundbound, yaitu bahan setengah kertas, hanya bisa di pakai 2-3 kali saja. Untuk kualitas premium dan profesional, bahan polyester dengan jenis kain parasut yang berbeda, keduamya bisa di cuci dan di pakai berkali kali," urainya.

 

Setiap hari Rabu dan Sabtu, Ekky bersama timnya melakukan social movement (gerakan sosial), yaitu memberikan hazmat suit gratis untuk faskes se Indonesia.

 

"Hingga saat ini kurang lebih sudah sekitar 40 faskes, 10 faskes di antaranya dari Kabupaten Bandung, yang kami beri hazmat suit gratis. Untuk puskesmas biasanya 6 buah, sedangkan rumah sakit satu lusin. Tim IT saya nanti yang memilih, giliran faskes mana yang akan kami berikan gratis. Namun selalu kami prioritaskan faskes lokal," terang Ekky.

 

Social movement yang dilakukan Ekky bersama tim, menurutnya hanyalah ikhtiar kecil sebagai bagian dari upaya melawan pandemi covid-19. "Semoga pandemi ini segera berakhir, dan semoga apa yang kita kerjakan bisa memberikan dampak positif secara finansial dan sosial untuk warga sekitar," tuturnya.

 

Masa pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diperpanjang hingga 19 Mei, menurut Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, merupakan tantangan yang cukup berat bagi para pengusaha. 

 

"Namun dengan kreativitas, pemanfaatan teknologi informasi, berjualan secara online, adalah peluang usaha yang sangat luar biasa. Bahkan setelah kita keluar dari masa-masa sulit seperti sekarang pun, harus terus dikembangkan," ucap bupati.

 

Bupati mengapresiasi apa yang dilakukan salah satu warganya itu. Di era revolusi industri, bagi mereka yang ingin sukses, rajin dan pintar saja menurutnya belum cukup. 

 

"Jangan berhenti berpikir, berinovasi dan berkreasi. Tumbuhkan jiwa enterpreneurship, jiwa kewirausahaan, untuk tidak hanya berhasil dalam bekerja tapi juga dapat menciptakan lapangan kerja. Terlebih dalam situasi pandemi global seperti saat ini, banyak masyarakat terdampak secara ekonomi yang membutuhkan lahan pekerjaan," pungkasnya.

 

Sumber: Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan